Soloraya
Kamis, 3 Maret 2016 - 23:30 WIB

INFRASTRUKTUR SOLO : 30% Jalan Lingkungan di Solo Belum Diaspal

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Genangan air setinggi sekitar 30 sentimeter menyebar di Jl. Pakel, Sumber, seusai hujan deras, Kamis (3/3/2016). Kawasan itu menjadi langganan genangan lantaran fungsi drainase yang tak optimal karena tertutup bangunan. Seringnya genangan membuat sejumlah ruas jalan tidak awet. (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, masih ada jalan lingkungan di Solo yang belum diaspal.

Solopos.com, SOLO–Sekitar 30% ruas jalan lingkungan di Kota Solo belum tersentuh pengaspalan. Padahal, setiap tahun Pemkot mengalokasikan dana hingga belasan miliar untuk pengelolaan jalan lingkungan. Proyek yang tidak tepat sasaran dituding memerlambat pembenahan jalan di Kota Solo.

Advertisement

Wakil Ketua DPRD, Abdul Ghofar Ismail, mengatakan pengaspalan baru menyentuh sekitar 70% jalan lingkungan di Solo mengacu dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Mayoritas jalan lingkungan yang belum diaspal berada di wilayah-wilayah perbatasan kota. Menurut Ghofar, kondisi itu cukup disayangkan mengingat luas geografis Solo yang cenderung kecil.

“Di daerah perbatasan masih banyak jalan lingkungan berupa tanah atau cor-coran. Melihat luas Solo yang tak terlalu besar, pemerataan pengaspalan jalan mestinya sudah selesai dari dulu,” ujarnya saat ditemui wartawan di Gedung DPRD, Kamis (3/3/2016).

Ghofar menyebut dana yang dialokasi untuk pembenahan jalan lingkungan mencapai belasan miliar tiap tahun. Tahun ini, Pemkot menganggarkan Rp11 miliar untuk perbaikan dan peningkatan jalan lingkungan. Dia mendorong Pemkot mampu mengoptimalkan dana tersebut untuk membenahi jalan yang belum tersentuh perbaikan atau pengaspalan.

Advertisement

“Apalagi beberapa tahun terakhir Pemprov getol memerbaiki jalan provinsi di wilayah Solo. Pemkot mestinya bisa mengimbangi lewat perbaikan jalan lingkungan.”

Di sisi lain, Ghofar mewanti-wanti pembangunan jalan mengedepankan kualitas. Dia melihat sebagian proyek jalan bermutu rendah karena dikerjakan tidak profesional. Di beberapa wilayah, dia mendapati jalan kembali rusak meski proyek baru berumur setahun.

“Waktu pengerjaan mepet selalu menjadi kambing hitam. Mestinya Pemkot jeli mengawasi proyek agar hasilnya tak asal-asalan,” kata dia.

Advertisement

Sekretaris Komisi II, Supriyanto, menilai pembenahan jalan lingkungan berjalan lambat karena tidak jelasnya prioritas pembangunan. Dia melihat beberapa ruas jalan yang kerusakannya kecil justru lebih dulu diperbaiki dibanding jalan yang memiliki kerusakan berat. “Yang enggak begitu urgent malah diaspal terus. Kami melihat ada kepentingan-kepentingan tertentu sehingga pembenahan jalan sulit merata.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif