Jateng
Selasa, 1 Maret 2016 - 07:50 WIB

PERTANIAN JATENG : Ganjar Ajak Tolak Impor Beras, Setuju?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Pertanian Jateng menghasilkan padi berlimpah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun menyerukan petani ramai-ramai menolak impor beras.

Semarangpo.com, CILACAP — Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengajak petani di provinsi ini—khususnya Kabupaten Cilacap—untuk menolak impor beras karena produksi padi saat ini melimpah.

Advertisement

“Hasil seperti ini tidak hanya di Cilacap, hampir se-antero Indonesia. Masak masih impor beras?” tanyanya saat memberi sambutan panen raya yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Cilacap, Senin (29/2/2016).

Dalam perjalanan dari Semarang menuju Cilacap dengan menggunakan helikopter, dia mengaku melihat hamparan sawah yang menguning karena memasuki masa panen. Oleh karena itu, dia menyayangkan jika Indonesia masih mengimpor beras.

Advertisement

Dalam perjalanan dari Semarang menuju Cilacap dengan menggunakan helikopter, dia mengaku melihat hamparan sawah yang menguning karena memasuki masa panen. Oleh karena itu, dia menyayangkan jika Indonesia masih mengimpor beras.

“Petani sanggup enggak [menolak impor beras]?” tantang Ganjar yang disambut dengan tepuk tangan meriah petani.

Perang Pangan
Lebih lanjut, Gubernur Ganjar mengatakan bahwa pada masa mendatang akan menghadapi perang untuk berebut pangan karena saat sekarang sudah perang memperebutkan energi. Dengan demikian, kata dia, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi merupakan suatu keharusan.

Advertisement

Ia mengatakan bahwa produksi gabah kering panen di Jawa Tengah pada 2015 mencapai 11,05 juta ton atau melebihi target yang sebesar 10,22 juta ton.

Harga Raya
Menurut dia, petani tidak perlu menargetkan produktivitas yang tinggi atau di atas 8 ton per hektare karena dengan 7 ton per hektare saja sudah mencukupi kebutuhan pangan. “Dengan 7 ton per hektare saja sudah bisa menyelamatkan negara ini,” katanya.

Terkait puncak musim panen yang akan berlangsung pada bulan Maret 2016, Ganjar meminta seluruh kabupaten/kota di Jateng untuk memantau perkembangan harga gabah di lapangan dan melaporkannya minimal dua kali dalam sepekan.

Advertisement

“Kalau ada yang harganya ambles, tolong laporkan ke saya. Harusnya, petani saat panen raya menghasilkan harga yang raya juga,” katanya.

 

 

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif