Soloraya
Senin, 29 Februari 2016 - 15:40 WIB

KESEHATAN WARGA KARANGANYAR : 11 Anak Di Karanganyar Alami Gizi Buruk, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Kesehatan warga Karanganyar, adanya penyakit bawaan menjadi anak mengalami gizi buruk.

Solopos.com, KARANGANYAR–Sebanyak 11 anak di Kabupaten Karanganyar mengalami gizi buruk. Mayoritas dari mereka mengalami gizi buruk karena menderita penyakit bawaan atau turunan.

Advertisement

“Tahun lalu tercatat ada 20 penderita gizi buruk. Mayoritas karena menderita penyakit bawaan. Tapi setelah kami lakukan intervensi, sekarang tinggal 11 anak,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (29/2/2016).

Penyakit bawaan dimaksud seperti kebocoran jantung. Selama penyakit bawaan belum diatasi, kemungkinan anak membaik, kecil. Berbeda dengan gizi kurang karena pola asuh.

Untuk menekan angka penderita gizi buruk, penting sekali mengontrol perilaku 1.000 hari pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan dihitung mulai dari usia kandungan.

Advertisement

Program peningkatan kualitas hidup ibu hamil dan pascapersalinan menjadi kunci penting. “Usia kandungan hingga anak berusia dua tahun adalah masa golden period,” imbuh Cucuk. Peningkatan kualitas 1.000 hari pertama kehidupan dilakukan dengan pemeliharaan ibu hamil. Mereka mesti rutin memeriksakan kandungan, dan mendapat konseling.

“Saat anak masih di kandungan, berikan asupan gizi yang memenuhi. Karena ini adalah masa paling penting. Otak dan organ-organ fisik janin atau bayi bertumbuh,” kata dia.

Tak sampai di situ saja, Cucuk menjelaskan sejak dilahirkan, bayi harus diberi air susu ibu (ASI) eksklusif. Selama enam bulan usia bayi jangan diberi makanan dan minuman selain ASI.

Advertisement

“Setelah bayi berusia tujuh bulan baru bisa diberi makanan pendamping ASI, seperti bubur, nasi tim, dan makanan lain yang lembut. Kalau ASI saja tentu sudah tidak cukup,” ujar dia. Penuturan senada disampaikan Kasi Perbaikan Gizi Masyarakat DKK Karanganyar, Sunarto. Menurut dia ibu-ibu muda boleh saja bekerja membantu keuangan keluarga.

Tapi kewajiban memberikan pengasuhan terbaik bagi anak jangan dilupakan. Pola asuh yang salah, dan kurangnya perhatian si anak, bisa menyebabkan terjadinya gizi buruk. “Bekerja boleh, tapi perah lah ASI untuk anak. Kami punya kelas ibu hamil yang diberi pelatihan memerah ASI. Mereka dikumpulkan lalu diberi penjelasan oleh bidan atu kader,” kata dia.

Disinggung minimnya ketersediaan ASI, menurut Sunarto karena asupan gizi untuk si ibu kurang. Bila sedang menyusui anak, mestinya ibu mengonsumsi gizi dua kali lipat. DKK Karanganyar terus memantau terhadap anak-anak di wilayah. Pengawasan dilakukan oleh para kader kesehatan, kelompok kerja (Pokja), hingga petugas Puskesmas.

“Bila ada masalah, diselesaikan di lapangan, bisa di Posyandu. Bila ada kesulitan, baru dikonsultasikan kepada petugas pendamping. Bila tak bisa, baru ke Puskesmas,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif