Soloraya
Minggu, 28 Februari 2016 - 15:45 WIB

ASAL USUL : Banmati, Kisah Abdi Dalem yang Meninggal saat Mengawal PB IX

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kantor Lurah Banmati, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Sabtu (27/2/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Asal usul penamaan Banmati di Sukoharjo karena ada abdi dalem meninggal dunia di wilayah itu.

Solopos.com, SUKOHARJO –  Kelurahan Banmati terletak di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Wilayah itu hanya beberapa kilometer dari pusat kota Kabupaten Jamu.

Advertisement

Karakteristik masyarakat Banmati tak jauh berbeda dengan wilayah lainnya. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Sebagian penduduk lainnya merantau ke daerah lain untuk mengadu peruntungan nasib.

Konon nama kelurahan tersebut berasal dari “mban” dalam Bahasa Jawa yang menjadi sebutan para abdi dalem keluarga kerajaan. Abdi dalem tersebut meninggal di wilayah Kelurahan Banmati. Cerita rakyat asal usul Kelurahan Banmati diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.

Advertisement

Konon nama kelurahan tersebut berasal dari “mban” dalam Bahasa Jawa yang menjadi sebutan para abdi dalem keluarga kerajaan. Abdi dalem tersebut meninggal di wilayah Kelurahan Banmati. Cerita rakyat asal usul Kelurahan Banmati diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.

Asal usul Kelurahan Banmati tak bisa dipisahkan dari Keraton Solo yang kala itu dipimpin Paku Buwono (PB) IX. Kala itu, PB IX ingin melihat kerajaan bernama Banyu Biru yang terletak di pesisir pantai selatan. PB IX mengajak beberapa abdi dalem untuk menemani saat menempuh perjalanan jauh menuju Kerajaan Banyu Biru.

“Rombongan PB IX berjalan kaki menuju arah selatan melewati hamparan tanah dan perbukitan. Ada beberapa abdi dalem yang menemani PB IX,” kata sesepuh Kelurahan Banmati, Harso Taruna, Sabtu (27/2/2016).

Advertisement

Saat malam hari, mereka bermalam di rumah warga setempat. Keesokan harinya, mereka kembali meneruskan perjalanan menuju pesisir pantai selatan.

Setelah menempuh perjalanan berhari-hari, rombongan PB IX sampai di Sungai Bengawan Solo. Mereka harus menyeberangi sungai agar sampai di kerajaan Banyu Biru. Mereka beristirahat tepat di pinggir sungai sambil memikirkan cara untuk menyeberangi sungai.

Akhirnya, mereka sepakat untuk membuat rakit dari bambu untuk menyeberangi sungai. Para abdi dalem bergegas mengumpulkan puluhan batang bambu yang tumbuh di pinggir sungai. Mereka memotong batang bambu dan diikat menjadi sebuah rakit besar.

Advertisement

“Rombongan PB IX bisa menyeberangi sungai menggunakan rakit bambu. Saat menyeberangi sungai, kondisi arus sungai tak begitu deras,” papar dia.

Kemudian, mereka kembali meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Kala itu, salah satu abdi dalem menderita sakit dan meninggal saat menempuh perjalanan menuju kerajaan Banyu Biru. Jenazah abdi dalem itu dimakamkan di wilayah tersebut.

Untuk mengapresiasi loyalitas abdi dalem itu maka PB IX memberi nama daerah itu Banmati yang bermakna abdi dalem meninggal dunia.

Advertisement

Seorang warga setempat, Sukidi, 45, mengatakan pada zaman dahulu, wilayah Kelurahan Banmati merupakan hutan belantara dan perbukitan. Hanya ada beberapa rumah penduduk yang bisa dihitung dengan jari. Kini, wilayah Kelurahan Banmati berubah menjadi areal persawahan dan permukiman padat penduduk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif