Soloraya
Rabu, 24 Februari 2016 - 23:40 WIB

PERDAGANGAN LUAR NEGERI : Inggris Pantau Pelaksanaan SVLK di Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik (paling kanan), saat melihat produksi kayu di salah satu perusahaan pemegang SVLK PT Abiyoso, di Ngargosari, Ampel, Boyolali, Rabu (24/2/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Perdagangan Luar Negeri, Inggris meminta produsen kayu di Indonesia terus perbaiki SVLK.

Solopos.com, BOYOLALI–Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, meminta produsen kayu di Indonesia terus memperbaiki sertifikasi verifikasi legalitas kayu (SVLK) agar produk kayu Indonesia mampu bersaing dan bebas masuk ke kawasan Eropa tanpa hambatan.

Advertisement

Untuk memastikan SVLK di Indonesia berjalan baik, Moazzam berkunjung ke sejumlah pabrik kayu pemegang SVLK, salah satunya PT Abiyoso di Ngargosari, Ampel, Boyolali, Rabu (24/2/2016). Dia memantau pelaksanaan SVLK di pabrik tersebut.

“Saya ingin tahu bagaimana produsen kayu melengkapi SVLK agar kayu mereka bisa masuk ke Eropa tanpa hambatan,” kata Moazzam, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu.

Moazzam menyebut saat ini Eropa telah membuat regulasi bahwa importir kayu di Inggris harus bisa memperlihatkan sumber kayunya. Kayu harus legal dan berkelanjutan.

Advertisement

“Harapan kami terhadap pemerintah Indonesia adalah seluruh produsen kayu bisa melengkapi SVLK. Kalau produsen kayu bisa menyelesaikan hambatan, pembeli di Eropa akan melihat bahwa produk kayu Indonesia adalah prioritas pertama. Jadi SVLK adalah sumber utama agar produk kayu Indonesia bisa bersaing.”

Peluang pasar kayu di Uni Eropa dinilai masih sangat luas. Bahkan, nilai impor kayu Uni Eropa dari Indonesia cukup besar. Sayangnya, masih ada produsen kayu Indonesia yang mengekspor barang ke Eropa melalui Tiongkok. “Produsen mengekspor kayu ke Tiongkok, di Tiongkok diproses lagi baru ekpsor ke Eropa. Inggris dan Uni Eropa adalah pasar yang besar, tetapi produsen kayu Indonesia harus menjaga persaingan. Harus terus berinovasi, investasi, dan sertifikasi agar bisa masuk ke Eropa.”

Pemilik PT Abiyoso, Mintarjo, menjelaskan sumber kayu di Abiyoso adalah kayu rakyat. Abiyoso berinvestasi dengan menanam pohon rata-rata 700.000 pohon per tahun jenis sengon dan jabon. Pohon-pohon itu ditanam petani di sejumlah wilayah di Boyolali. “Jadi, kami tidak hanya menebang tetapi juga menanam. Ini yang menjadi tuntutan SVLK,” kata Mintarjo.

Advertisement

Regulasi soal SVLK mengatur agar kayu yang di ekspor ke Uni Eropa adalah kayu legal, bukan kayu curian. Regulasi ini untuk menghindari pembalakan liar dan mengurangi pemanasan global. Kebetulan, satu-satunya negara produsen kayu yang saat ini sudah menerapkan SVLK adalah Indonesia.

“Bahkan Tiongkok dan Thailand baru belajar soal SVLK ke sini,” kata dia.

Kapasitas produksi kayu di Abiyoso mencapai rata-rata 40.000 meter kubik per tahun untuk plywood dan 50.000 meter kubik per tahun untuk barecore. Sementara, volume ekspor kayu di PT Abiyoso rata-rata mencapai 50 kontainer hingga 60 kontainer per bulan dengan volume per kontainer berkisar 58 meter kubik.

“Kami kirim kayu ke Tiongkok dulu. Di Tiongkok, kayu-kayu itu dibuat bermacam-macam produk mebel baru kemudian di pasarkan ke seluruh dunia.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif