Soloraya
Minggu, 21 Februari 2016 - 12:00 WIB

KESEHATAN WARGA BOYOLALI : 2019, Angka BABS di Boyolali Ditarget Bisa 0%

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sanitasi (JIBI/Solopos/Dok)

Kesehatan warga Boyolali, Dinkes menargetkan bisa menekan angkan buang air besar sembarangan.

Solopos.com, BOYOLALI—Dinas Kesehatan (Dinkes) menargetkan tahun 2019 Boyolali bisa menekan angka buang air besar sembarangan (BABS) pada persentase 0%.

Advertisement

Artinya, dalam kurun waktu empat tahun lagi Dinkes berharap tidak ada lagi masyarakat yang BABS. Saat ini, angka BABS di Boyolali masih berkisar 9,66%. BABS masih sering ditemui di Boyolali bagian utara seperti Kecamatan Wonosegoro, Juwangi, dan Kemusu. “Faktor utamanya tetap masalah kebiasaan atau perilaku masyarakat,” kata Kepala Seksi Peningkatan Lingkungan Dinkes Boyolali, Eko Budi, dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com, belum lama ini.

Selain itu, masih banyak rumah tangga yang belum memiliki jamban. Warga masih banyak yang menumpang jamban di rumah tetangga atau satu jamban di satu rumah tangga dipakai sampai tiga kepala keluarga (KK).

“Padalah idealnya, satu rumah tangga memiliki satu jamban.” Sementara di wilayah Banyudono dan Sawit, meski hampir semua warga telah memiliki jamban, namun ada sebagian kecil warga yang mengalirkan limbah  jamban ke sungai ini. Kondisi ini juga masuk kategori BABS.

Advertisement

“Selain dengan regulasi, bila perlu desa juga berinisiatif membuat perdes larangan BABS. Yang paling penting adalah komitmen bersama untuk berbuat menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.” Larangan BABS diharapkan bisa mengurangi angka penyakit berbasis lingkungan. Penyakit akibat gangguan sanitasi lingkungan contohnya kolera, diare, tipus, dan cacingan, akan terus ditekan.

Menurut Plt. Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S.Lina, diare dan tipus juga harus diwaspadai seiring peningkatan curah hujan. “Namun dari catatan kami, diare dan tipus di awal tahun ini angkanya tidak terlalu tinggi.”

Sementara itu, untuk menekan penyakit akibat gangguan sanitasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali telah menerbitkan Peraturan Bupati (Perbup) Boyolali No.52 Tahun 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Advertisement

Perbub STBM menekankan lima pendekatan untuk mendorong  perilaku higienis dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri. Kelima pendekatan itu antara lain stop BABS, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, pengelolaan air minum  dan makanan di tingkat rumah tangga dengan menjaga kualitas air dan sumber air, menerapkan sistem higienis pangan, serta pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga.

Sebanyak 40% masyarakat Boyolali belum bisa mengelola limbah cair rumah tangga dengan baik. Air limbah dari dapur masih dialirkan ke pekarangan. “Masyarakat belum mengetahui arti penting pengelolaan imbah cair. Jika limbah cair tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan penyakit.”

Kemiskinan menjadi salah satu faktor dan masyarakat belum mampu membuat sarana pembuangan limbah cair yang memadai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif