Soloraya
Jumat, 19 Februari 2016 - 16:30 WIB

PASAR IR. SOEKARNO SUKOHARJO : Pedagang Pasar Ir Soekarno Tunggu Pembuktian Bupati Wardoyo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang pedagang menuntun sepeda kayuh di lorong los zona daging lantai I Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, Selasa (9/6/2015). Disperindag telah mengambilalih sejumlah los di zona tersebut. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, pedagang menunggu realisasi janji Bupati Wardoyo dalam menangani sendirfi sepinya pasar di pusat Kota Sukoharjo itu.

Solopos.com, SUKOHARJO–Pedagang di Pasar Ir. Soekarno Sukoharjo menunggu pembuktian Bupati, Wardoyo Wijaya, yang berjanji akan turun tangan sendiri menyelesaikan masalah sepinya pasar tersebut. Namun, pedagang pesimistis bupati bakal merealisasikan janjinya karena sudah telanjur tak percaya.

Advertisement

Pedagang daging ayam di Pasar Ir. Soekarno, Jarot Sujarno, saat ditemui Solopos.com di losnya di zona daging, Kamis (18/2/2016), masih ingat betul Wardoyo melalui media berjanji turun tangan sendiri mengatasi masalah sepinya Pasar Ir. Soekarno setelah dilantik. Janji disampaikan saat politikus PDIP itu ditetapkan sebagai bupati terpilih 22 Desember 2015 lalu. Kini Wardoyo sudah dilantik. Pedagang, kata dia, menunggu pembuktian janji Wardoyo tersebut.

“Pasar sampai sekarang sepi nyenyet. Kami tunggu akan tepati janji atau mblenjani [mengingkari],” kata dia.

Pedagang daging ayam lainnya, Marsono, pesimistis Bupati bakal merealisasikan janjinya. Dia tidak percaya lagi dengan janji-janji yang pernah diucapkan Wardoyo. Menurut dia, Wardoyo menyampaikan janji itu sekadar basa basi seperti dahulu saat mau menggratiskan biaya balik nama kala pedagang akan menempati pasar.

Advertisement

“Dulu janjinya juga gratis, nyatanya ada biaya balik nama sampai jutaan rupiah,” ulas Marsono.

Dia melanjutkan kondisi di area dalam pasar hingga sekarang masih sepi, meski sebelumnya sudah ada penertiban pedagang oprokan yang beroperasi di trotoar selatan dan barat pasar. Atas kondisi itu dia menilai penertiban tersebut gagal mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut dia, sejatinya muara dari penertiban itu agar pedagang bersedia masuk ke pasar. Alhasil, area dalam pasar bisa ramai pembeli.

“Pas ditertibkan memang trotoar steril dari pedagang. Tapi selepas ditertibkan pedagang berjualan di trotoar lagi. Ini artinya penertiban buang-buang anggaran dan tenaga saja. Tidak ada pedagang yang mau masuk ke pasar jadinya pasar tetap sepi,” ucap Marsono.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif