Soloraya
Kamis, 18 Februari 2016 - 14:40 WIB

TOL SALATIGA-BOYOLALI : Pelaku Usaha Sambat Akses Jalan Tertutup Fly Over

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaksana proyek dari PT Wijaya Karya mulai membuka lahan di Dukuh Ngasemrejo, Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Boyolali, untuk proyek tol Semarang-Solo sektor Salatiga-Boyolali. Foto diambil Rabu (17/2/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Tol Salatiga-Boyolali, para pelaku usaha di Ampel mengeluh akses jalan tertutup fly over.

Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah warga yang memiliki usaha di jalan Kenteng-Tlatar, Dukuh Ngasemrejo, Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Boyolali, terancam kehilangan mata pencaharian karena jalur utama tersebut akan ditutup dan diganti dengan fly over.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com, sedikitnya ada tujuh pelaku usaha yang terkena dampak langsung dari pembangunan jalan tol Semarang-Solo sektor Salatiga-Boyolali tersebut, di antaranya, warung makan Pak Tarno, toko kelontong dan isi ulang air mineral Pak Slamet, konter pulsa dan laundry Pak Rukimin, toko kelontong dan kerajinan sangkar burung Bu Siti, warung makan Bu Sarmi, warung Pak Jumadi, dan bengkel Pak Joko.

Jalan yang selama ini menjadi akses utama usaha mereka, akan di tutup  karena jalan akan dialihkan melalui fly over. Warga dan pemilik usaha pun mempertanyakan nasib usaha mereka selanjutnya.

“Saya kurang tahu apakah proyek jalan tol ini ada studi mengenai dampak lingkungan atau tidak. Semestinya ada, tapi kok sampai dengan hari ini kami belum mendapatkan informasi tentang kejelasan nasib usaha kami,” kata Rukimin, kepada Solopos.com, Kamis (18/2/2016).

Advertisement

Proyek tol yang sedianya membawa kemajuan wilayah, tapi tidak bagi Rukimin. “Selain usaha saya yang terancam tidak ada akses, lingkungan kami menjadi kurang nyaman karena rumah saya hanya berjarak dua meter dari patok batas tol,” imbuh dia.

Getaran-getaran mulai terasa setiap ada kendaraan truk yang melintasi depan rumahnya. “Saya tidak tahu mau jadi apa rumah saya. Cor rumah saya hanya pakai satu hingga dua batang besi sisanya pakai bambu, kalau kendaraan yang lewat jalan tol itu truk-truk besar, getarannya kuat sekali, saya tidak tau mau jadi apa rumah saya nanti.”

Diakuinya, proyek tol tentu memberikan dampak lingkungan mulai dari masalah kebisingan, debu, getaran, dan sederet dampak sosial yang akan timbul pra dan pasca jalan tol ini jadi. “Sayangnya kami tidak pernah diajak duduk bersama membahas permasalahan dampak lingkungan ini. Kalaupun ada pertemuan hanya sebatas membahas masalah tanah atau bangunan yang terkena proyek jalan tol,” kata warga lainnya, Eko.

Advertisement

Dia meminta pihak terkait dan pemerintah mengajak warga untuk duduk bersama membahas masalah dampak lingkungan termasuk dampak pembangunan fly over bagi para pemilik usaha.

Dari pantauan Solopos.com, di lokasi proyek tol yang digarap PT Wijaya Karya, pelaksana proyek sudah membuka lahan untuk pembangunan fly over.

Kades Ngargosari, Pomo, akan membicarakan masalah ini bersama warga yang terdampak proyek tol. “Memang ada overpass nanti di situ, tetapi detail proyek over pass itu yang tahu dari Wijaya Karya selaku pelaksana proyek. Tugas kami hanya membantu memperlancar proyek nasional,” papar Pomo.

Menurut Pomo, apapun masalah dan dampak proyek tol di Ngargosari sudah dilakukan sosialisasi. “Sebenarnya kalau semua paham prosedur, tidak akan muncul permasalahan. Kalau soal warung nanti dibahas bersama Pak RT dan tokoh masyarakat.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif