News
Selasa, 16 Februari 2016 - 23:57 WIB

Boutros Boutros-Ghali Tutup Usia, Ini Catatan Kontroversialnya Sebagai Sekjen PBB

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantan Sekjen PBB, Boutros Boutros-Ghali (JIBI/Solopos/Reuters/File)

Boutros Boutros-Ghali tutup usia. Mantan Sekjen PBB itu meninggalkan catatan kontroversial selama 1990-an.

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali yang dikenal atas sikapnya yang kontroversial di era 1990-an, meninggal dunia, Selasa (16/2/2016), dalam usia 93 tahun. Kabar itu disampaikan oleh Presiden Dewan Keamanan hari ini.

Advertisement

Boutros Ghali merupakan Sekjen PBB paling kontroversial atas sikapnya yang terkesan membiarkan tragedi kemanusiaan di berbagai negara saat itu, termasuk genosida di Bosnia dan Somalia. Meski demikian, dalam rapat Dewan Keamanan PBB, 15 anggotanya mengheningkan cipta selama semenit setelah kematian itu diumumkan wakil Venezuela sekaligus Kepala DK PBB untuk Februari, Rafael Dario Ramirez Carreno.

Tak ada penjelasan detail penyebab kematian Boutros Boutros Ghali. Pria Mesir itu menjadi Sekjen PBB pada 1992-1993. Dia dikaitkan dengan meluasnya tragedi kelaparan di Somalia dan menggelar operasi pertama besar-besaran untuk menolong negara Afrika Timur itu.

Namun operasi di Afrika tersebut dinilai tak berhasil menangani kelaparan. Hal itu juga diikuti meningkatnya konflik dunia pasca-perang dingin. PBB di bawah Boutros Ghali dinilai terlalu cuek terhadap permusuhan antarkelompok di balik setiap konflik. Dia dikenal terlalu meremehkan

Advertisement

Sebenarnya, reputasi Boutros sudah membuat AS tidak menyukainya. Awalnya, dia bekerja untuk Presiden Mesir, Anwar Sadat. Dia juga ikut dalam perjalanan Sadar ke Jerusalem pada 1977 dan memainkan peran penting dalam tercapainya perundingan Camp David soal kasus Timur Tengah.

Dia dikritik atas kegagalan PBB selama pembantaian di Rwanda 1994, dan tidak berupaya keras mengintervensi perang sipil di Angola pada 1990-an. Selain itu, dia juga dikenal tidak simpatik terhadap situasi perang di Sarajevo, Mogadishu dan Addis Ababa. “Saya biasa menghadapi kaum fundamentalis di Mesir berdebat dengan saya,” katanya saat itu yang kembali dikutip Reuters, Selasa.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif