Soloraya
Sabtu, 13 Februari 2016 - 18:30 WIB

RUSUNAWA SOLO : Krisis Air di Rusunawa Begalon II Teratasi, Giliran Tarif Listrik Dipersoalkan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Begalon II, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Solo, menggelar demo lantaran mengalami krisis air selama tiga bulan, Jumat (12/2/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Rusunawa Solo, penghuni Rusunawa Begalon II kembali mempermasalahkan tarif listrik.

Solopos.com, SOLO–Setelah krisis air selama hampir tiga bulan teratasi, penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Begalon II, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Solo kini memersoalkan tarif listrik. Mereka menilai tarif listrik yang dibebankan kepada mereka terbilang mahal untuk ukuran rumah tangga kecil seperti mereka.

Advertisement

“Krisis air memang sudah teratasi setelah kami demo kemarin. Namun, yang masih kami persoalkan itu soal tarif listrik yang kelewat mahal,” ujar salah satu penghuni Rusunawa Begalon II, Agung Widodo, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (13/2/2016).

Pantauan Solopos.com, tampungan air di kompleks Rusunawa siang itu tak lagi kosong seperti sebelumnya. Bahkan, air di tampungan siang itu tampak penuh. Menurut warga, petugas PDAM langsung mengecek ke lokasi setelah warga berdemo di kantor PDAM, Jumat (12/2/2016) lalu. Hal itu juga dibenarkan Kepala Pelayanan Pelanggan PDAM Solo, Bayu Tunggul, saat dimintai konfirmasi Solopos.com.
Bayu mengatakan krisis air di Rusunawa disebabkan karena saringan meteran tersumbat. “Jadi bukan karena pasokan yang kurang, tapi ada saringan air yang tersumbat, jadi air tak bisa mengalir maksimal. Tapi sekarang sudah lancar setelah kami perbaiki,” ujar dia.

Meski demikian, Bayu menyayangkan sikap Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Susun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo yang tak kunjung melaporkan keluhan warga kepada PDAM. Padahal, permasalahan tersebut terjadi sejak lama. “Selama ini PDAM tak pernah menerima komplain dari Rusunawa. Tahu-tahu warga demo dengan alasan keluhan mereka kepada UPTD tak pernah ditanggapi. Padahal, kami memang tak pernah menerima komplain sebelum demo itu,” paparnya.

Advertisement

Setelah persoalan krisis air terasi, kini warga memersoalkan tarif listrik yang kelewat mahal. Menurut warga, rata-rata mereka diminta membayar uang bulanan listrik senilai Rp120.000. Tarif tersebut, dinilai mahal untuk ukuran rumah tangga kecil seperti mereka. “Dan warga rata-rata memakai hanya malam hari,” papar Agung.

Warga mengusulkan agar masing-masing rumah dipasangi instalasi listrik sistem token alias prabayar. Menurut mereka, dengan sistem prabayar tersebut, warga akan bisa berhemat uang lebih banyak dan dianggap lebih transparan. “Selama ini kami kan tak tahu berapa pengeluaran kami, tahu-tahu ada tagihan. Kalau sistem token, kami bisa mengontrol sendiri penggunaannya,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kepala UPTD Rumah Sewa DPU Solo, Toto Jayanto, membantah ihwal mahalnya tarif listrik di Rusunawa. Menurut dia, tarif listrik Rusunawa tak pernah naik sejak beberapa tahun terakhir dan warga bisa langsung mengecek sendiri melalui meteran di masing-masing hunian. “Kalau soal pergantian ke sistem prabayar, itu wewenang PLN. Dan setahu kami, regulasi PLN tak membolehkan hal itu. Karena Rusunawa kan dianggap satu induk bangunan,” paparnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif