News
Jumat, 12 Februari 2016 - 23:00 WIB

ORANG HILANG : Mahasiswa Solo Menghilang Bawa Tabungan Rp40 Juta, Diduga Ikut Gafatar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Djuminem, 46, menunjukkan foto anaknya Bayu Utomo, 22, yang menghilang sejak dua bulan lalu kepada wartawan, Jumat (12/2/2016). Bayu Utomo poergi meninggalkan kediaman orang tuanya sejak 2 Desember 2015. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Orang hilang yang merupakan mahasiswa Solo ini diduga ikut gelombang eksodus anggota ormas Gafatar. Namun, dia tidak ditemukan di Asrama Haji Donohudan.

Solopos.com, SOLO — Seorang mahasiswa, Bayu Utomo, 22, warga Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, tepatnya Jl. Saputan No. 2 RT 003/ RW 022, tak diketahui keberadaannya sejak dua bulan lalu. Mahasiswa kampus swasta terkemuka di Surakarta tersebut pergi setelah membawa bekal uang tabungan senilai Rp40 juta dari hasil menjual tanah warisan mendiang ayahnya.

Advertisement

Ibu mahasiswa tersebut, Djuminem SH, 46, mengaku kehilangan kontak anaknya sejak 3 Desember 2015 lalu. Anak yang dikenal pendiam dan penurut tersebut berpamitan ibunya untuk mengikuti kegiatan kampus di Jakarta selama sepekan. Namun, hingga dua bulan lebih ternyata tak ada kabarnya.

“Saya sudah cari ke mana-mana, juga ke rumah saudara, tapi tak ada kabarnya,” ujar Djuminem saat menemui wartawan di Manahan, Solo, Jumat (12/2/2016).

Saat pamitan, Djuminem mengaku ada yang terasa aneh. Keanehan itu terasa ketika anaknya tiba-tiba memeluknya begitu erat saat akan pergi. Lalu keesokan harinya, Djuminem mencoba menghubungi anaknya, ternyata ponsel anaknya sudah tak aktif. “Saya lantas bertanya ke kampus, ternyata tak ada acara kampus ke Jakarta seperti yang disampaikan anak saya itu,” jelas PNS di Boyolali tersebut dengan wajah penuh kesedihan.

Advertisement

Sebelum pergi menghilang, Bayu Utomo sempat minta izin ibunya untuk menjual tanah warisan mendiang ayahnya, Gandus Sunarwan. Tanah itu akhirnya terjual seharga Rp40 juta. Uang tersebut lantas disimpan di tabungan Bayu Utomo atas namanya sendiri. “Selama ini anak saya itu enggak punya pacar, enggak nakal,” tambahnya.

Djuminem tak bisa memastikan apakah anaknya menjadi pengikut ormas Gafatar. Saat pemerintah gencar-gencarnya memulangkan eks pengikut Gafatar, setiap hari Djuminem mengunjungi Asrama Haji Donohudan Boyolali dengan harapan bisa menemukan buah hatinya. Namun, upayanya itu nampaknya tak membuahkan hasil. “Saya setiap hari ke Asrama Haji dengan harapan bisa ketemu anak saya. Namun, tak ada anak saya,” paparnya.

Sumber Solopos.com dari eks pengikut Gafatar yang dirahasiakan identitasnya, memastikan bahwa Bayu Utomo pergi ke Kalimantan bersama rombongan Gafatar lainnya. Hal itu terlihat dari cara perginya yang selaras dengan model-model menghilangnya para pengikut Gafatar, yakni pergi secara tiba-tiba, menghilangkan kontak, membawa bekal uang banyak, dan dilakukan pada Desember 2015.

Advertisement

“Saya pastikan korban ini pergi ke Kalimantan. Kalau tidak ke Kalimantan Barat, ya Kalimantan Tengah,” ujar mantan pendiri Millah Abraham Center (MAC) ini.

Menurutnya, Gafatar memang melakukan instruksi kepada para pengikutnya untuk melakukan hijrah ke Kalimantan pada Desember 2015 dengan cara melepaskan semua ikatan dengan keluarga, tempat kerja, dan lingkungan sekitarnya. Tentu saja dengan membawa bekal uang cukup banyak. “Ada yang menjual rumah, sawah, tanah, usaha pertokoan dan lain-lain,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif