Jogja
Kamis, 11 Februari 2016 - 09:37 WIB

MUBENG BERINGHARJO : Pedagang Gula Jawa Paham Cuaca

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kuswardani ketika menjajakan gula jawa di Pasar Beringharjo, Jogja. (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo kali ini berhenti di bagian kios gula jawa

Harianjogja.com, JOGJA—Menjadi penjual sayuran, cabai, hingga gula jawa di Pasar Beringharjo harus berbekal pengetahuan kondisi cuaca. Hal itu memiliki hubungan erat terhadap jumlah pasokan dan harga di pasaran.

Advertisement

Salah satu penjual gula jawa di Pasar Beringharjo Kuswardani mengatakan, ketika harga gula jawa naik seperti pertengahan Januari lalu, ia pun memahami penyebabnya. Kenaikan harga itu disebabkan pasokan gula jawa yang berkurang lantaran produksi yang tidak bisa maksimal.

“Itu karena cuaca jadi nira yang dihasilkan sedikit. Jadi harganya menjadi naik,” ujar dia, ketika ditemui di Pasar Beringharjo, Jogja, pekan lalu.

Ia menjelaskan, setelah lama berjualan gula jawa, ia menjadi paham bagaimana proses pembuatan dan kondisi cuaca seperti apa yang mempengaruhi produksi nira yang menjadi bahan dasar gula jawa.

Advertisement

Pengetahuan itu juga berguna ketika ia ditanya oleh konsumen. “Kemarin itu harganya sampai Rp18.000 per kg dari Rp16.000,” ujar dia.

Hal serupa diungkapkan Yani, penjualan sayuran. Ia memahami siklus tanam sayuran mulai dari kentang, kol, wortel, brokoli, hingga selada. Ia juga memahami siklus tanam cabai, bawang merah, hingga bawang putih.

Ia memperhatikan kapan pasokan dari bahan-bahan bangan tersebut yang mengalami pengurangan dan sebaliknya.

Advertisement

Hal tersebut akan menentukan harga. Ketika panen raya dan pasokan melimpah, maka harga akan turun. Sebaliknya, ketika hasil panen mulai berkurang, pasokan pun berkurang. Hal itu akan menyebabkan harga bahan pangan mengalami kenaikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif