Jogja
Selasa, 9 Februari 2016 - 00:43 WIB

PERUMAHAN : Program Sejuta Rumah Sulit Terwujud

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (JIBI/Dok)

 

Di Jogja sendiri, kenaikan harga tanah mencapai 15-20% sementara pertumbuhan perumahan hanya 10-15%.

Advertisement

 

 

Harianjogja.com, JOGJA-Tingkat pertumbuhan harga tanah yang tidak linear dengan produk industri properti membuat pengembang perumahan pesimistis program sejuta rumah akan terwujud. Di Jogja sendiri, kenaikan harga tanah mencapai 15-20% sementara pertumbuhan perumahan hanya 10-15%. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (DIY) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Andi Wijayanto, Senin (8/2/2016).

Advertisement

Program satu juta rumah secara nasional terdiri dari 600 ribu rumah subsidi dan 400 ribu rumah non subsidi. “Untuk DIY target kita tahun 2016 ini bisa menyuplai 2200 unit rumah non subsidi sedangkan untuk rumah subsidi anggota REI DIY belum ada yang mengajukan lagi untuk melaksanakan pembangunannya,” jelasnya.

Ia beralasan anggota REI banyak mengalami kesulitan untuk muwujudkan rumah subsidi. Kesulitan pertama yaitu dalam mendapatkan tanah dengan harga terjangkau untuk mendukung produk perumahan subsidi yang harganya dibatasi pemerintah maksimal Rp110 juta per unit.

Kedua, kesulitan dalam proses mendapatkan bantuan Prasarana dan Utilitas (PSU) yang menjadi bagian dari subsidi pemerintah untuk rumah subsidi. Dan kesulitan ketiga perihal waktu dan biaya perizinan yang tidak terukur sehingga sulit mewujudkan harga perumahan subsidi yang dibatasi maksimal Rp110 juta.

Advertisement

Andi mengatakan, untuk mewujudkan rumah subsidi dengan harga maksimal Rp110 juta, diperlukan tanah dengan harga di kisaran hanya Rp100.000 hingga Rp150.000 per meter persegi. Namun pada kenyataannya, harga tanah di Jogja melambung tinggi hingga level jutaan.

Sebelumnya, Advokat PT Arthajaya Sukses Makmur selaku pengembang Apartemen Student Park Seturan Sleman Didik Setiawan bahkan menyebut ada tanah di kawasan Seturan dan Gejayan Sleman yang dijual sampai Rp9 juta per meter persegi. Sementara untuk tanah yang lokasinya mendekati dua wilayah itu sudah dijual dengan harga minimal Rp3 juta per meter persegi.

Andi kembali mengatakan bahwa idealnya harga rumah bisa ditekan dengan cara menekan harga tanah dan faktor-faktor produksi lainnya. Hal ini akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam menjangkau kepemilikan rumah murah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif