Jogja
Selasa, 9 Februari 2016 - 20:55 WIB

PASAR SENI DAN KERAJINAN : Tinggal 3 Pedagang di Pasar Seni dan Kerajinan Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasar Seni Sentolo, salah satu ikon Kabupaten Kulonprogo (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pasar seni dan kerajinan di Sentolo Kulonprogo kini hanya dihuni tiga

Harianjogja.com, KULONPROGO- Kondisi Pasar Seni dan Kerajinan Kulonprogo memprihatinkan. Hanya terdapat tiga pedagang yang bertahan rutin membuka tokonya dengan kondisi penjualan tak menentu.

Advertisement

Pasar seni dan kerajinan Kulonprogo sepi pengunjung dan juga minim pedagang. Pasar yang telah dibuka sejak 2013 lalu itu kini hanya menyisakan tiga pedagang yang rutin membuka kiosnya. Kios-kios tersebut antar lain kios tas serat alam, kios kerajinan batik, dan rumah makan.

Harry Pratiknyo, salah satu pemiliki kios tas serat alam di pasar tersebut menyatakan bahwa sudah setahun terakhir para pedagang satu-satu mulai menutup kiosnya di sana. Pihak pemerintah juga tak pernah ada yang tampak meninjau keberadaan kios tersebut.

Ia menuturkan bahwa sebenarnya ada beberapa yang berusaha bertahan namun tak kuat karena terus merugi. “Kan biaya operasionalnya jalan terus, tidak ada pemasukan tapi malah rugi,”ujarnya pada Senin (8/2/2016).

Advertisement

Ia sendiri masih bertahan karena pemasukan utamanya terletak pada orderan produknya yang rutin datang dari pedagang di Malioboro dan Bali. Kiosnya sendiri lebih difungsikan sebagai tempat pengerjaan akhir produknya dibandingkan sebagai tempat penjualan.

Harry menyebutkan bahwa jarang sekali ada pembeli yang datang ke kiosnya untuk membeli barang dagangannya. Letak pasar milik pemerintah yang terletak di sisi jalan utama masuk Kulonprogo itu juga tak membantu, ia menuturkan bahwa jarang sekali ada bis pariwisata yang masuk ke pasar tersebut.

Ia juga menyebutkan bahwa banyaknya kios yang tutup menjadikan pasar tersebut seakan mati suri. Terlebih lagi, beberapa kios yang berada di bagian depan pasar kemudian berganti menjadi bengkel dan toko onderdil motor. Padahal, di bagian yang sama juga terdapat kios kerajinan tas dan produk batik. “Jadinya malah tidak jelas,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif