Soloraya
Selasa, 9 Februari 2016 - 23:40 WIB

AGENDA BUDAYA SOLO : Integrasi Kirab Membonsai Potensi Warga

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kirab Budaya Kelurahan Kadipiro, Solo, Minggu (31/8/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Agenda budaya Solo, sejumlah elemen menilai integrasi kirab akan  memangkas kreativitas warga.

Solopos.com, SOLO–Mantan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Solo, Y.F. Sukasno, menolak rencana penyatuan kirab budaya di sejumlah kelurahan. Langkah tersebut dinilai memangkas kreativitas warga untuk menampilkan potensi budaya di wilayahnya.
“Saya tegas menolak ide integrasi kirab. Pemkot justru perlu mendorong semua kelurahan mengeluarkan potensinya,” ujar Sukasno saat ditemui Solopos.com, di Gedung DPRD, Selasa (9/2/2016).

Advertisement

Saat menjadi Ketua Pokdarwis pada 2010-2012, Sukasno turut membidani kirab di sejumlah wilayah bersama para ketua pokdarwis kelurahan. Menurut Sukasno, target pelaksanaan kirab bukan untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD) dengan hadirnya wisatawan. Dia menyebut pemberian ruang kebersamaan dan berkreasi lebih penting dari sekadar hitungan untung rugi.

“Jangan pula dilihat bentuk kirabnya. Kalau belum maksimal, mungkin warga baru bisa seperti itu. Justru mereka perlu diapresiasi karena kekompakannya menyiapkan acara,” kata dia.

Sukasno mengatakan agenda kirab biasanya diawali sarasehan, bazar hingga pasar murah beberapa hari sebelumnya. Dia menilai rangkaian acara tersebut mampu menumbuhkan antusiasme tersendiri di kalangan warga. Meski demikian, Sukasno mengakui perlu pembenahan agar kirab tetap menarik disimak.

Advertisement

“Stimulan yang diberikan Pemkot diharapkan dapat mengembangkan ide dan kreativitas warga.”

Sukasno mengatakan muara kirab di tiap kelurahan sebenarnya adalah pembuatan kampung budaya. Setelah potensi terpetakan, dia menyebut kampung budaya dapat menjadi “rumah” untuk menyajikan kreativitas warga. Meski demikian Sukasno mengakui tak mudah membentuk sebuah kampung budaya.

Sekretaris Fraksi Golkar DPRD, Taufiqurrahman, menilai rencana integrasi kirab kurang logis karena setiap kelurahan memiliki karakteristik tersendiri. Dia mengusulkan penyatuan kirab didahului pemetaan kirab yang cenderung sejenis.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif