Lifestyle
Minggu, 7 Februari 2016 - 22:20 WIB

WISATA BALI : Misteri Pohon Taru Menyan Berusia 11 Abad

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemandangan Makam Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali dari gerbang masuk (Mediani Dyah Natalia/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Bali berikut menilisik makam Terunyan.

Harianjogja.com, BALI-Makam Trunyan yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali sudah banyak dikenal. Ada banyak cerita tak wajar di makam yang terletak di pinggir Danau Batur. Misalnya makam tanpa kubur yang tak berbau serta pohon besar bernama taru menyan yang diprediksi tumbuh selama 11 abad terakhir.

Advertisement

Setidaknya ada tiga warga sekitar yang baru saja meninggal dan dimakamkan di Makam Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali (Mediani Dyah Natalia/JIBI/Harian Jogja)

Makam Terunyan merupakan salah satu destinasi favorit saat ke Bangli. Bukan hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun penasaran dengan cerita-cerita makam tanpa kubur tersebut. Bila Anda tertarik menjelajah tempat ini, maka pertamakali yang perlu dipersiapkan adalah pakaian.

Advertisement

Makam Terunyan merupakan salah satu destinasi favorit saat ke Bangli. Bukan hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun penasaran dengan cerita-cerita makam tanpa kubur tersebut. Bila Anda tertarik menjelajah tempat ini, maka pertamakali yang perlu dipersiapkan adalah pakaian.

Pastikan baju yang dikenakan cukup menghangatkan tubuh. Sebab kuburan ini terletak di dataran
tinggi. Sehingga pakaian yang dikenakan perlu diperhitungkan. Untuk mencapai lokasi, transportasi yang dapat dipergunakan adalah perahu kecil bermuatan 15-20 orang. Dengan kata lain, ada kemungkinan penumpang terkena percikan air saat perahu melaju. Akan lebih baik lagi jika ada dapat mengenakan jaket anti-air atau jas hujan tipis untuk melindungi diri.

Sebagai rencana cadangan, tentu baju ganti dapat disiapkan. Siapa tahu, gelombang air tengah tak
bersahabat sehingga dapat membuat tubuh Anda basah kuyub. Ketika setiap persiapan sudah dibawa, satu lagi yang dipersiapkan adalah uang receh. Meski Anda sudah membayar setiap kebutuhan untuk mencapai objek ini (tiket masuk, sewa kapal pulang pergi, pelampung hingga biaya pemandu wisata], terkadang masih ada orang yang menarik uang seiklasnya.

Advertisement

Namun jika kecepatan cukup tinggi dan air sedang tak “sabar”, sebaiknya niat ini diurungkan. Pasalnya air danau dapat mengenai lensa maupun peralatan elektronik Anda. Begitu mencapai lokasi, sekilas tempat ini memang terlihat menyeramkan. Pohon-pohon tinggi yang

dibiarkan liar menjulang membuat lokasi terlihat gelap. Apalagi jika Anda melihat tumpukan tengkorak di sisi kanan makam. Bagi Anda yang tak terbiasa wisata makam, mungkin hal ini membuat Anda sedikit bergidik.

Tapi tenangkan saja diri Anda. Pertama, Anda tak sendiri. Ada penjaga kapal hingga penduduk sekitar yang berjaga-jaga. Mereka pun dengan ramah memberikan keterangan yang Anda inginkan. Kedua, rasa ngeri itu hanya tercipta dari luar.

Advertisement

Saat Anda melangkahkan kaki menuju makam, Anda akan merasakan hawa dingin dari lokasi sekitar. Sekali lagi bukan karena tempat ini dikeramatkan. Logikanya lokasi makam di dataran tinggi mengakibatkan suhu cukup rendah dibanding suhu di perkotaan. Selain itu masyarakat setempat membiarkan segala sesuatunya sesuai dengan kondisi alam. Alhasil pohon-pohon yang ada menyejukan tempat tersebut.

Dari sekian pohon, ada satu pohon besar yang dianggap sakral namanya taru menyan. Pemandu Wisata Makam Trunyan, Nengah Toni menyampaikan, konon usia pohon itu sudah 11 abad. Belum diketahui kebenarannya. Adapun pohon inilah yang menjadi “penjaga” alias meredam bau dari jenazah.

Sejumlah kebutuhan rumah tangga yang dibawa keluarga saat berkunjung ke Makam Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali (Mediani Dyah Natalia/JIBI/Harian Jogja)

Advertisement

“Konon semula pohon ini baunya sangat wangi. Sekarang sudah tak berbau. Pohon ini yang menyedot aroma tak sedap dari jenazah-jenazah yang ada,” ujar dia kepada Harian Jogja yang datang bersama
rombongan Media DIY dan DPRD DIY, Selasa (26/1/2016).

Sesuai adat warga setempat, orang yang dapat dimakamkan di kuburan tersebut adalah mereka yang meninggal wajar. Sementara bagi mereka yang tewas karena tertabrak, bunuh diri dan alasan lain dimakamkan di perbatasan desa.

Kendati demikian, bukan berarti jenazah tersebut dapat dimakamkan secara sembarangan. Sebelum dibawa ke lokasi, ada serangkaian upacara yang harus digelar. Selanjutnya jenazah akan disemayamkan di rumah sekitar 2-7 hari atau hingga penghulu adat menemukan hari baik. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut, baru jenazah itu dapat dimakamkan. Adapun penutupnya adalah rotan-rotan yang dirangkai. Hanya ada 11 makam yang tersedia. Saat ada seseorang yang meninggal, maka jenazah yang terlama akan dipindahkan. Warga setempat akan menempatkan tulang-tulang tersebut akan disusun di sisi kanan makam tanpa tutup sama sekali. Alhasil Anda dapat melihat tengkorak yang berjejer-jejer.

Di bagian depan makam dan tengkorak, Anda menjumpai aneka perkakas rumah tangga. Nengah menuturkan barang ini dibawa anggota keluarga yang ingin nyekar di makam leluhur. Sementara barang yang dibawa adalah segala sesuatu yang disukai mendiang semasa hidup.

Sebagai masyarakat yang memegang teguh tradisi dan agama, warga setempat juga mengenal ngaben. Hanya, imbuh Nengah, upacara itu tanpa pembakaran mayat.

Advertisement
Kata Kunci : Kuliner Bali Wisata Bali
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif