Jogja
Minggu, 7 Februari 2016 - 07:21 WIB

Pertumbuhan Ekonomi DIY Melambat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Pertumbuhan ekonomi DIY melambat

Harianjogja.com, BANTUL—Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada 2015 mencapai Rp101,4 triliun.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto mengungkapkan, PDRB tersebut menjadi sarana untuk mengukur perekonomian DIY. Sementara, PDRB perkapita tercatat sebesar Rp27,56 juta. Perekonomian DIY pada 2015 tercatat tumbuh Rp4,94%. Hal itu menunjukkan perlambatan dibandingkan 2014 yang tumbuh sebesar 5,2%.

“Pertumbuhan itu, dari sisi produksi didorong oleh peningkatan nilai tambah semua lapangan usaha selain listrik dan gas,” ujar dia, Jumat (5/2/2016).

Pertumbuhan terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali pengadaan listrik dan gas yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 1,3%. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar sebesar 8,3%  diikuti jasa lainnya sebesar 8%, jasa perusahaan, dan jasa pendidikan masing-masing tumbuh sebesar 7,3%.

Advertisement

Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan ekonomi DIY 2015. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi 2015 adalah keuangan, dan asuransi dengan andil 0,62%. Kemudian, lapangan usaha administrasi pemerintahan serta lapangan usaha industri pengolahan dengan andil masing-masing 0,61% dan 0,58%.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran lembaga nirlaba nonprofit, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor, dan impor luar negeri. Perekonomian DIY Triwulan IV 2015 mengalami kontraksi sebesar 0,2%.

Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 34%.

Advertisement

“Pertumbuhan minus tersebut juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang besar pada lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB, yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil, serta penyediaan akomodasi, dan makan minum,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY Arief Budi Santoso sempat mengatakan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi DIY pada 2016 sebesar 4,9% hingga 5,3%. Adapun prospek pada 2016 sangat baik. Hal itu disebabkan adanya dukungan dari sektor pariwisata. “Perekonomian DIY diperkirakan tumbuh 4,9 persen hingga 5,3 persen [2016],” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif