Soloraya
Minggu, 7 Februari 2016 - 17:30 WIB

DINAMIKA PERTANIAN BOYOLALI : Jagung Impor Masuk, Harga Jagung Lokal di Boyolali Turun

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petani menjemur jagung. Saat ini harga jagung lokal turun setelah beredarnya jagung impor. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Dinamika pertanian Boyolali, harga jagung lokal di Boyolali mulai turun seiiring masuknya jagung impor.

Solopos.com, BOYOLALI–Harga jagung lokal di Boyolali yang sebelumnya sempat menyentuh Rp9.000/kg mulai turun menjadi Rp6.000/kg. Turunnya harga jagung lokal tersebut terjadi karena jagung impor mulai masuk ke pasar.

Advertisement

Salah seorang penjual jagung Desa Kopen, Teras, Abdul Manam, mengatakan harga jagung lokal jenis dua tongkol (BISI-2) di Boyolali sejak Selasa (2/2/2016) mulai turun. Penurunan harga jagung lokal secara bertahap mulai dari Rp7.500/kg hingga Rp6.000/kg sampai sekarang.

“Harga jagung di pasar sempat menyentuh Rp12.500/kg pada akhir Desember tahun lalu. Harga tersebut bertahan selama dua bulan dan baru awal Februari mulai turun,” ujar Abdul saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (5/2/2016).

Abdul mengatakan turunnya harga jagung di pasaran lebih disebabkan karena pemerintah pusat mulai menjual jagung impor melalui Badan urusan logistik (Bulog) dengan harga di bawah pasar yakni Rp3.500/kg mulai Senin (1/2/2016). Jagung impor tersebut dijual khusus kepada pengusaha peternakan ayam.

Advertisement

“Peternak ayam lebih memilih membeli jagung ke Bulog dengan harga lebih murah. Dampak dari penjualan jagung impor tersebut membuat harga jagung lokal turun,” kata dia.

Menurut Abdul, meskipun harga jagung lokal mulai turun untuk stok jagung lokal jenis dua BISI-2 di Boyolali saat ini sulit didapat. Pedagang terpaksa harus mendatangkan jagung dari luar daerah seperti Grobogan, Pati, Blora, dan lainnya.

“Stok jagung di Boyolali sudah tidak mampu lagi memenuhi permintaan pasar sehingga kami terpaksa harus membeli jagung dari luar daerah,” ujar Abdul.

Advertisement

Ia menilai harga jagung Rp6.000/kg dinilai terlalu mahal. Awal tahun lalu harga jagung tertinggi hanya sampai Rp3.000/kg tidak sampai menembus Rp6.000/kg seperti sekarang. Jagung dari Boyolali sebagian besar di jual di Salatiga, Yogyakarta, Solo hingga Kalimantan.

“Banyaknya makanan yang menggunakan bahan baku jagung seperti marning dan emping membuat permintaan jagung di pasar sangat tinggi,” kata dia.

Senada diungkapkan penjual jagung asal Desa Bangak, Banyudono, Karmila. Menurut dia, sehari mampu menjual jagung sebanyak 1 ton/hari saat panen melimpah. Namun, sekarang hanya mampu menjual jagung sebanyak 5 kuintal karena sulitnya mencari pasokan jagung.

“Harga jagung sekarang sangat menguntungkan petani tetapi setelah banyak jagung impor masuk ke pasar harganya jatuh. Kami berharap jagung impor tidak sampai dijual kepasar agar tidak merugikan petani,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif