Soloraya
Sabtu, 6 Februari 2016 - 23:30 WIB

BANJIR KLATEN : Aliran Air Sungai Dengkeng Hanyutkan Pekarangan Seluas 1.000 Meter Persegi, Warga Tetap Bayar PBB

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga melihat kondisi air Sungai Dengkeng yang melintas di Konang, Kebon, Bayat, Klaten, Sabtu (6/2/2016). Di kawasan tersebut, pekarangan seluas 1.000 meter persegi tergerus aliran Sungai Dengkeng sejak 2010. Akibatnya, warga setempat hanya memegang sertifikat tanah. Sementara, wujud tanahnya sudah hanyut ke sungai. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Banjir Klaten di Sungai Dengkeng menyebabkan pekarangan hilang terbawa arus sungai Dengkeng.

Solopos.com, KLATEN–Pekarangan seluas kurang lebih 1.000 meter persegi milik empat warga di Konang, Kebon, Bayat, telah hanyut ke Sungai Dengkeng sejak 2010. Hal tersebut dinilai sangat merugikan warga setempat secara material.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, pekarangan 1.000 meter persegi yang berada di bibir Sungai Dengkeng di Desa Kebon itu milik Sudir, Yitno, Dalimin, dan Joyo Diharjo. Aliran sungai mampu menggerus pekarangan keempat warga itu lantaran lokasi tanah berada di tikungan sungai. Kendati sudah hanyut, para warga tetap membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sesuai yang tertera di sertifikat tanah.

“Awalnya pekarangan milik Pak Sudir yang tergerus. Lama-lama, pekarangan Pak Yitno, Pak Daliman, dan Ibu Joyo Diharjo. Saat ini, kondisi bibir sungai tidak ditanggul. Kami khawatir aliran sungai itu semakin menggerus tanah kami. Meski sudah banyak tanah yang hilang, kami tetap membayar pajak sesuai sertifikat. Di tempat ibu saya [Joyo Diharjo] yang memiliki tanah 1.400 meter persegi, tetap membayar PBB senilai Rp80.000 per tahun,” kata anak Joyo Diharjo, Sekti Rahayu, 53, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (6/2/2016).

Sekti mengatakan tanah milik ibunya yang hanyut ke Sungai Dengkeng sekitar 30 meter persegi. Sebagai warga yang hidup di bantaran Sunga Dengkeng, Sekti berharap ada upaya dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten atau Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sungai Bengawan Solo guna menanggulangi gerusan air sungai ke depan.

Advertisement

“Saya ini bingung mau ngomong sama siapa? Kondisi air Sungai Dengkeng itu sudah menggerus pekarangan saya. Jaraknya tidak jauh dari rumah utama [kurang lebih 10 meter]. Kalau tak ditanggul atau tidak diberi kawat beronjong, saya meyakini pekarangan saya yang hanyut semakin banyak lagi,” katanya.

Warga Kebon lainnya, Giyanto, 33, mengatakan debit air Sungai Dengkeng saat musim hujan sangat tinggi. Sewaktu terjadi hujan deras di atas tiga jam, otomatis rumah warga yang berada tak jauh dari bibir sungai tergenang luapan air sungai.

“Warga di sini sudah banyak yang mengetahui tentang hanyutnya pekarangan milik Pak Daliman cs. Tapi,  kondisinya memang sulit ditanggulangi. Pekarangan milik Pak Daliman cs ini persis di tikungan sungai. Alirannya sangat besar. Kedalaman sungai bisa mencapai empat meter. Kalau ditanggulangi manual, justru akan membahayakan orang yang menanggulangi. Makanya, dibiarkan begitu saja,” katanya.

Advertisement

Camat Bayat, Edy Purnomo, mengaku sudah menerima laporan hanyutnya beberapa pekarangan milik warga ke Sungai Dengkeng.
“Untuk pekarangan warga di Kebon yang hanyut beberapa tahun lalu itu, sudah kami data. BBWS Bengawan Solo juga sudah mengetahui hal itu [penanganan Sungai Dengkeng yang menjadi anak Sungai Bengawan Solo menjadi kewenangan BBWS Bengawan Solo],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif