Pemulangan anggota Gafatar ke kampung halaman diikuti dengan pembinaan untuk mengembalikan mereka ke akidah masing-masing.
Solopos.com, KARANGANYAR — Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Karanganyar beserta Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan pembinaan kepada pengikut organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) setiap hari Jumat.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Karanganyar, Muhammad Indrayanto, mengatakan siraman rohani diberikan untuk mengikis doktrin menyesatkan dari benak anggota Gafatar.
Pengikut Gafatar akan mengikuti pembinaan sebanyak empat kali setiap Jumat. “Diharapkan, mereka mau merenungkan kembali kesalahan,” kata Indrayanto saat ditemui wartawan seusai penyerahan bantuan jatah hidup (jadup) kepada 10 keluarga atau 36 orang anggota Gafatar di Aula Kantor Baznas Karanganyar, Jumat (5/2/2016).
Indrayanto menuturkan belum mengantongi surat pernyataan dari 36 orang itu bahwa mereka telah keluar dari Gafatar. “Konsentrasi kami mengumpulkan data dan memikirkan kesejahteraan mereka. Kami juga menginventarisasi harta benda yang masih ditinggal di Kalimantan [kalau ada],” tutur dia.
Kepala Kantor Kemenag Karanganyar, Mustain Ahmad, meminta anggota Gafatar yang beragama Islam kembali ke akidah. Menurut dia, Gafatar telah membelokkan keyakinan demi mencapai tujuan inkonstitusional.
“Saya yakin mereka hanya ikut-ikutan saja. Mereka korban yang diperalat melalui pemahaman dan fanatisme menyesatkan,” ujar dia.
Sementara itu Pemkab Karanganyar melalui Dinsosnakertrans Karanganyar, Palang Merah Indonesia (PMI), dan Baznas Karanganyar menyerahkan jadup. Dinsosnakertrans menyerahkan Sembako berisi empat ons beras, minyak goreng, lauk pauk, kecap, roti, dan saus.
PMI memberikan paket Sembako berisi gula, teh, sabun mandi, pasta gigi. Baznas menyerahkan bantuan dalam bentuk uang.
Salah satu mantan anggota Gafatar, warga Papahan, Tasikmadu, Hery Murtopo, menyatakan sudah keluar dari Gafatar. Bahkan lelaki yang pernah tercatat sebagai Sekretaris Gafatar Karanganyar itu mengatakan kepengurusan Gafatar sudah bubar sejak Agustus 2015.
Hery mengaku kepincut Gafatar karena visi dan misi mereka berkaitan dengan kegiatan sosial dan upaya mewujudkan ketahanan pangan.
“Kami berterima kasih Pemkab mau terima kembali. Kami mohon maaf apa yang kami lakukan membuat gaduh. Kami belajar dari pengalaman. Kami belum bersosialisasi di masyarakat. Ada keinginan usaha lagi dan menyekolahkan anak,” tutur dia.