Jatim
Rabu, 3 Februari 2016 - 09:05 WIB

WISATA JATIM : Kinerja Pariwisata Jatim Turun, Pemerintah Dituntut Agresif Promosi

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pariwisata Gunung Bromo (JIBI/Bisnis/Doc.)

Wisata Jatim yang tengah lesu tak boleh dibiarkan, pemerintah dituntut lebih agresif melakukan promosi.

Madiunpos.com, SURABAYA — Kalangan pengusaha hotel dan pariwisata menilai pemerintah perlu lebih agresif mempromosikan wisata daerah kepada pasar internasional mengingat kinerja pariwisata dan perhotelan di Jawa Timur pada tahun lalu mengalami penurunan.

Advertisement

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, M. Soleh mengatakan pemerintah perlu gencar mempromosikan wisata Jatim, misalnya dengan gencar beriklan ke kota atau negara potensial seperti China, Jepang, Korea dan  negara Asean yang menjadi tulang punggung wisman di Jatim.

“Meningkatkan sinergi antarkota dan kabupaten dalam membuat paket wisata yang profesional dan terintegrasi serta menarik juga perlu dilakukan,” katanya kepada Bisnis, Selasa (2/2/2016).

Selain itu, lanjut Soleh, pemerintah yang menangani bidang pariwisata juga perlu mengundang insan media massa dan biro perjalanan wisata (BPW) asing untuk ikut dalam familirization trip ke obyek wisata unggulan seperti Gunung Bromo, Gunung Ijen, Malang dan Madura. “Yang tidak kalah penting juga adalah mendorong industri penerbangan untuk membuka rute direct flight dari kota mancanegara,” imbuhnya.

Advertisement

Wisatawan Mancanegara Merosot
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk melalui pintu Bandara Internasional Juanda Surabaya pada Desember 2015 memang mengalami penurunan yakni hanya tercapai 16.963 orang alias turun 16,75% dibandingkan capaian November 2015 yakni 20.255 orang.

Secara kumulatif, kunjungan wisman di Jatim sepanjang Januari-Desember 2015 hanya tercapai 200.657 orang atau turun 7,61% dibandingkan periode yang sama 2014 yang mampu mencapai 217.193 orang.

Soleh menambahkan, berdasarkan data PHRI Jatim pun kondisi tingkat hunian kamar atau okupansi pada tahun lalu memang turun. Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan efisiensi termasuk melarang pegawai negeri sipil (PNS) untuk menggelar rapat di hotel, serta adanya perlambatan ekonomi global maupun nasional. “Bahkan di sektor swasta atau korporasi dan public market, juga terjadi efisiensi,” imbuhnya.

Advertisement

Didominasi Wisatawan Malaysia
Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah menjelaskan BPS Jatim mencatat, kunjungan wisatawan ke Jatim tahun lalu juga masih didominasi oleh wisatawan asal Malaysia sebanyak 4.645 orang, Singapura 2.397 orang dan Tiongkok 1.132 orang. “Itu pun wisatawan Malaysia yang datang pada Desember 2015 juga turun 28,3% dan Tiongkok juga turun 34,3% dibandingkan November 2015. Sedangkan wisman Singapura yang naik 21,6%,” ujarnya.

Dia memaparkan, kondisi tersebut pun mempengaruhi kinerja perhotelan, di mana tingkat penghunian kamar (TPK) pada November 2015 tercatat 61,45%, tetapi pada Desember 2015 jatuh ke level 59,9%. Padahal umumnya, akhir tahun orang lebih banyak melakukan liburan dan menginap di hotel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif