Jogja
Selasa, 2 Februari 2016 - 11:56 WIB

SEKOLAH BERBASIS BUDAYA: SDN Piyaman 1 Ajak Anak Didik Melukis Batik di Dinding

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sekolah berbasis budaya di SDN Piyaman mengajarkan anak melukis batik

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Di beberapa sudut sekolah ini terlihat motif batik menghiasi dinding dan tiang. Sejak 2015 lalu, SDN Piyaman 1, Wonosari, Gunungkidul, telah memperoleh SK dari Dinas Pendidikan Provinsi DIY untuk mewujudkan sekolah berbasis kebudayaan.

Advertisement

Untuk membentuk karakter peserta murid didik agar cinta budaya, usaha yang dilakukan yakni dengan  mengembangkan kurikulum dengan menambah mata pelajaran baru, yakni muatan lokal batik. Pelajaran tersebut bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada anak didik agar mengenal jenis-jenis batik yang ada di Indonesia khususnya Jogja.

Sekolah turut memberikan media berupa dinding serta tiang untuk anak didik belajar menuangkan kreatifitasnya melukis batik. Pihak sekolah juga mengundang narasumber untuk memberikan pelatihan serta pemahaman dasar mengenai batik.

Kepala sekolah SDN Piyaman 1, Muji Riyanti, mengungkapkan bahwa pendidikan tentang kebudayaan perlahan telah diterapkan pada anak didiknya. Tujuan utama sekolah yakni agar kebudayaan Jogja tak punah ditelan zaman serta rasa siswa mencintai budaya negeri sendiri muncul dalam pribadi setiap anak didik.

Advertisement

Demi menjunjung tinggi nilai kebudayaan di sekolah, Muji Riyanti beserta rekan guru lainnya tak hanya mengajarkan budaya batik saja. Mereka juga mengajarkan pemahaman mengenai arti kebudayaan.

Makna kebudayaan yang dimaksud berarti menciptakan budaya-budaya adiluhung, nilai-nilai luhur, serta mencetak karakter-karakter yang mulia pada pribadi anak didik.

“Pengaruh budaya luar negeri sangat kuat dan cepat berkembang di negeri kita. Sehingga kita perlu menanamkan pendidikan sadar budaya kepada anak-anak di sekolah,” kata Muji, Senin (1/2/2016).

Advertisement

Ia tak menampik bahwa terjadi kesulitan dalam mendidik anak-anak yang tergolong masih kecil untuk memahami budaya. Namun ia memiliki cara sendiri untuk memberi edukasi kepada para murid didiknya.

“Dengan memberi contoh, akan terasa mudah merangkul mereka untuk mengenal budaya. Misalnya budaya Senyum, Sapa, Salam, Santun yang diterapkan di sekolah,” lanjutnya.

Ia berharap budaya nilai-nilai luhur bisa diterapkan pada segala aspek kehidupan sehingga anak didik tetap pada jalur budaya Indonesia dan menangkal pengaruh negatif budaya luar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif