Soloraya
Selasa, 2 Februari 2016 - 07:10 WIB

HAUL HABIB ALI SOLO : Ini Alasan Jemaah Padati Pasar Kliwon, Ketenteraman Hati

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi peringatan Haul Habib Ali di Solo. (Dok. Solopos.com/Chrisna Canis Cara)

Haul Habib Ali Solo telah berakhir.

Solopos.com, SOLO — Rangkaian acara Haul Habib Ali Solo telah berakhir. Ribuan jemaah dari berbagai penjuru Nusantara bahkan luar negeri berdatangan memadati Pasar Kliwon demi satu alasan. Kenyamanan hati.

Advertisement

Abdurrahman Bachsin, 36, dan ketiga temannya berhamburan keluar Masjid Ar-Riyadh, Pasar Kliwon, begitu mendengar lagu Islami yang cukup kencang dari halaman masjid. Abdurrahman langsung berlari menuju sumber suara setelah mengenakan sandal sekenanya.

Sambil tersenyum, ia menikmati lantunan lagu Tala’al Badru Alayna yang dibawakan rombongan drum band. Kelompok musik itu datang dari gang kecil sebelah masjid. Tabuhan tiga buah drum beradu rancak dengan tiupan terompet jamaah Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Abdurrahman sesekali tertawa saat melihat jamaah menari dibopong temannya. “Ayo ikut lihat drum band,” ujar lelaki asal Palembang ini pada Talif. A, rekannya asal Papua.

Advertisement

Sambil tersenyum, ia menikmati lantunan lagu Tala’al Badru Alayna yang dibawakan rombongan drum band. Kelompok musik itu datang dari gang kecil sebelah masjid. Tabuhan tiga buah drum beradu rancak dengan tiupan terompet jamaah Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Abdurrahman sesekali tertawa saat melihat jamaah menari dibopong temannya. “Ayo ikut lihat drum band,” ujar lelaki asal Palembang ini pada Talif. A, rekannya asal Papua.

Kemeriahan itu terjadi seusai puncak acara Haul Habib Ali, Minggu (31/1/2016). Pagi itu, ribuan pengunjung haul mengikuti maulidan berikut menyimak karya agung Habib Ali, Maulid Simtudduror hingga sejumlah mauidho hasanah (nasihat kebaikan).

Para pengunjung sudah memadati Masjid Ar-Riyadh sejak pukul 05.00 WIB. “Sudah tiga hari ini saya di Solo. Semua acara haul saya ikuti,” ujar Abdurrahman saat berbincang Solopos.com.

Advertisement

Sudah lima tahun terakhir Abdurrahman tak pernah absen mengikuti Haul Habib Ali. Selepas menimba ilmu di Hadramaut, Yaman, dia selalu meluangkan waktu terbang dari Palembang ke Solo demi memeroleh keberkahan sang waliyullah. Dia mengatakan jejak Habib Ali dan keturunannya layak ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan umat.

“Satu yang membekas di hati saya, para habib tidak melihat orang dari segi apapun (tidak membeda-bedakan). Meskipun tidak mengalami masa beliau, kita masih bisa belajar dari keturunannya,” kata dia.

Hari itu Abdurrahman berencana ziarah ke makam Habib Alwi dan Habib Anis, keturunan Habib Ali, sebelum pulang ke Palembang. Seorang pengunjung haul dari Purbalingga, Fathoni, 48, mengaku rutin mengikuti haul sejak berusia 32 tahun.

Advertisement

Menurut Fathoni, haul selalu dapat memberinya ketenangan hati. “Sebelum tahun 2000 saya sudah ikut (haul). Sampai sekarang saya tetap merasakan kenyamanan dan ketenangan hati. Merasa ada yang kurang kalau tidak berkumpul dengan alim ulama,” ujarnya.

Perjalanan selama lima jam dengan mobil pun tak terasa setelah dia bertemu dengan sesama jamaah dari kota lain. Saat mengikuti haul, dia turut menjaga silaturahmi dengan rekannya dari Banjarnegara, Cilacap dan Purwokerto. “Setiap tahun pasti bertemu di sini,” ujar Fathoni yang mengaku kesengsem dengan nasi kebuli khas haul.

Cicit Habib Ali, Habib Musthofa Mulachela, mengatakan jumlah pengunjung Haul Habib Ali selalu meningkat tiap tahunnya. Tahun ini, ia memprediksi ada 150.000 pengunjung haul yang berasal dari pelosok nusantara maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Yaman.

Advertisement

“Keberkahan dan kenyamanan saat mengikuti haul masih dinanti-nanti. Pengunjung bahkan terus meningkat karena mereka ikut menceritakan pengalaman pada sanak saudara,” ujarnya.

Musthofa menyebut keteladanan Habib Ali tak lekang ditelan zaman. Menurut dia, para habib keturunan Habib Ali selalu menekankan akhlak sebagai ukuran kesalehan dan keimanan seseorang. Keteladanan Habib Ali diteruskan oleh putranya yakni Habib Alwi bin Ali yang merantau ke Solo.

Habib Alwi yang meninggal tahun 1953 meneruskan ajarannya pada Habib Anis bin Alwi. Habib Alwi bin Anis giliran mengemban tongkat estafet setelah Habib Anis meninggal tahun 2006. Kini tradisi haul dijaga Habib Hasan bin Anis yang mengemban amanah selepas Habib Alwi meninggal tahun 2015.

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif