Jateng
Selasa, 2 Februari 2016 - 09:50 WIB

FENOMENA LGBT : Psikolog Undip: LGBT Terjadi Bukan karena Faktor Genetik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hastaning Sakti (JIBI/dok)

Fenomena LGBT menjadi perbincangan publik. Inilah penjelasan dari akademis yang juga seorang psikolog.

Semarangpos.com, SEMARANG-Seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tidak ada hubungan dengan faktor genetik atau garis keturunan orang tua.

Advertisement

Demikian diungkapkan Psikolog dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Hastaning Sakti kepada Semarangpos.com, Senin (1/2/2016), menanggapi fenomena LGBT.

Hastaning Sakti (JIBI/dok)

LGBT menurut dia, juga bukan merupakan suatu kecacatan, penyakit atau penyimpangan. ”Ini [LGBT] lebih pada neorologi atau ada bias di otak yang mempengaruhi hormonal seseorang. Bukan karena faktor genetik” ujarnya.

Advertisement

Hormonal dapat mempengaruhi seseorang berperilaku sebagai lesbian maupun gay. ”Lesbian dan gay ini terjadi karena ada hormon yang mempengaruhi yaitu feromon,” imbuhnya.

Selain faktor hormonal, lesbian, istilah yang menggambarkan seorang perempuan secara emosi dan fisik tertarik dengan sesama perempuan, lanjut Hastaning bisa karena faktor kebiasaan serta keadaan yang dibentuk, semisal dua orang perempuan tinggal bersama di asrama.

Kondisi menyebabkan mereka kemudian saling menyukai satu dengan lainnya, lama-lama terjadi hubungan seperti sepasang kekasih.

Advertisement

Demikian pula gay yakni laki-laki secara fisik ataupun emosi tertarik pada sesama lelaki, sambung Hastaning penyebabnya bisa karena trauma ketika masih kecil pernah menjadi korban sodomi dari seorang lelaki dewasa.

”Anak kecil korban sodomi, bila dewasa nantinya ada kecenderungan akan melakukan perbuatan yang sama terhadap lelaki lain,” tandas Dekan Fakultas Psikologi Undip ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif