Soloraya
Senin, 1 Februari 2016 - 18:40 WIB

PENAMBANGAN GALIAN C BOYOLALI : Bina Marga Jateng Minta Ada Penertiban Truk Melebih Tonase

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Truk melintasi di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Selo, yang rusak parah, Sabtu (30/1/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penambangan galian C Boyolali, Bina Marga Jateng memprediksi pembangunan jalan beton akan rusak sebelum masa proyeksi selama 10 tahun.

Solopos.com, BOYOLALI–Bina Marga Provinsi Jateng khawatir usia jalan yang dibangun di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) tahun lalu, tepatnya di KM 38.900 sampai KM 42.770 Desa Genting, Kecamatan Cepogo, tak sesuai dengan proyeksi.

Advertisement

Sudah hampir sebulan, setidaknya seribuan truk pengangkut pasir keluar masuk kawasan Selo setiap harinya. Pengawas Jalan SSB Bina Marga Provinsi Jateng, Sumarwan, meminta dinas terkait menindak truk yang mengangkut muatan melebihi tonase. Dia juga meminta penambangan liar di kawasan Selo segera ditertibkan. “Jalan yang kami bangun di Genting tahun lalu, kami proyeksikan bisa berusia sampai dengan sepuluh tahun. Kalau sekarang setiap harinya dilewati truk seperti itu ya bisa jadi ndak sampai sepuluh tahun sudah rusak lagi,” kata Sumarwan, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (1/2/2016).

Menurut Sumarwan, truk pasir itu beroperasi 24 jam. Pada siang hari  maksimal lima truk sekali jalan beriringan, jumlah truk yang keluar dari area penambangan pada malam hari semakin banyak. “Kalau malam itu, sekali keluar bisa sampai 30 truk. Padahal itu sepanjang malam beroperasi terus.”

Dari pantuan Solopos.com, pekan lalu, truk-truk yang mengangkut pasir dari sejumlah lokasi penambangan liar di Selo tidak hanya berasal dari Boyolali. Pelat nomor kendaraan yang terpantau tidak hanya pelat AD untuk wilayah Solo, Klaten, atau Boyolali, tetapi justru banyak dari wilayah Semarang dengan pelat nomor H, termasuk pelat nomor dari luar Jawa.

Advertisement

“Itu banyak juga yang kirim [pasir] ke Solo. Setelah Klaten berhenti, sekarang yang dari Solo banyak ambil dari Selo.”

Dia berharap sidak anggota DPRD Boyolali ke kawasan Selo yang memantau lokasi tambang liar dan lalu lintas truk di Selo ada tindak lanjut. Dia tidak mau jalan yang dibangun dengan anggaran cukup besar mencapai Rp20 miliar dirusak seenaknya.

“Sudah dibuatkan jalan rigid yang nyaman dan bagus, anggaran juga tidak sedikit, malah dirusak sendiri. Siapa lagi kalau bukan dirusak oleh bos-bos material itu,” papar Sumarwan.

Advertisement

Imbas dari beroperasinya truk-truk pasir sudah mulai terlihat yakni kerusakan parah pada jalur SSB tepatnya di wilayah Desa Selo dan Desa Samiran. Tahun ini Bina Marga Jateng mengalokasikan kembali anggaran senilai Rp18 miliar untuk melanjutkan perbaikan jalur SSB di KM 42 hingga KM 45.

Anggaran senilai itu, tidak hanya untuk perbaikan jalan tetapi juga pembuatan talut dan menyelesaikan pembangunan Jembatan Samiran.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Boyolali, Bony Facio Bandung, menyatakan operasi muatan truk di “jalur pasir” akan melibatkan tim gabungan dengan Satpol PP dan Satlantas. “Memang ini sudah banyak sekali warga yang SMS ke saya agar truk-truk pasir itu segera ditertibkan. Dalam waktu dekat segera kami koordinasikan,” kata Bony.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif