News
Senin, 1 Februari 2016 - 13:40 WIB

INFLASI 2016 : BPS: Kenaikan Harga Beras dan Daging Ayam Picu Inflasi Januari

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Inflasi 2016, kenaikan harga beras dan daging ayam ras memicu laju inflasi pada Januari 2016 sebesar 0,51 persen.

Solopos.com, JAKARTA–Kenaikan harga beras dan daging ayam ras menjadi salah satu pemicu laju inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen.

Advertisement

“Kelompok bahan makanan yang mengalami kenaikan harga adalah daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, beras dan daging sapi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta seperti dilansir Antara, Senin (1/2/2016).

Suryamin menjelaskan dengan kenaikan harga tersebut, kelompok bahan makanan menjadi komponen pembentuk inflasi tertinggi pada Januari yaitu 2,2 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,53 persen.

“Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar ikut menyumbang inflasi karena adanya kenaikan tarif tenaga listrik,” ujarnya.

Advertisement

Selain itu, kelompok lain yang ikut mengalami inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,51 persen, kelompok kesehatan 0,36 persen, kelompok sandang 0,26 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,15 persen.

Sementara, satu-satunya kelompok yang menyumbang deflasi pada Januari adalah transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu 1,11 persen karena turunnya tarif angkutan udara sebagai dampak dari rendahnya harga bahan bakar minyak.

Dengan inflasi Januari 2016 tercatat 0,51 persen, maka inflasi tahun kalender 0,51 persen dan inflasi tahunan (yoy) 4,14 persen. Sedangkan, inflasi komponen inti pada Januari 0,29 persen dan inflasi inti tahunan (yoy) 3,62 persen.

Advertisement

Dari 82 kota IHK, sebanyak 75 kota mengalami inflasi dan hanya tujuh kota yang menyumbang deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,82 persen dan inflasi terendah di Padang 0,02 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi di Gorontalo 0,58 persen.

Menurut Suryamin, meskipun relatif tinggi, inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen masih lebih rendah dari rata-rata inflasi pada Januari sejak 2010, kecuali pada Januari 2015 yang tercatat deflasi 0,24 persen.

“Januari tahun lalu, deflasi karena ada penurunan harga BBM. Tapi dari 2010 hingga 2014, Januari ini inflasi paling kecil dalam kondisi normal. Ini mudah-mudahan awal yang baik di 2016, tapi kita tetap waspada,” katanya.

Menurut data BPS, inflasi Januari 2010 tercatat sebesar 0,84 persen, inflasi Januari 2011 sebesar 0,89 persen, inflasi Januari 2012 sebesar 0,76 persen, inflasi Januari 2013 sebesar 1,03 persen dan inflasi Januari 2014 sebesar 1,07 persen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif