Soloraya
Minggu, 31 Januari 2016 - 14:50 WIB

PENYEBARAN PENYAKIT SOLO : DKK: Waspada Virus Zika

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk jenis Aedes Aegypti inilah yang menyebarkan penyakit chikungunya lewat gigitan pada manusia. (JIBI/Solopos/Dok.)

Penyebaran penyakit Solo, DKK Solo meminta warga mewaspadai penyebaran virus Zika.

Solopos.com, SOLO–Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo meminta warga mewaspadai penyebaran virus zika. Warga diminta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungannya masing-masing.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid)  Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL DKK Solo, Efi S. Pertiwi, menuturkan tetap mewaspadai penyebaran virus Zika, meski hingga kini belum ada laporan apapun tentang warga yang terkena virus itu. Efi mengatakan virus Zika rentan menjangkit warga di Indonesia. Penularan virus ini sama seperti virus demam berdarah, yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Saat ini, virus Zika tengah merebak di Benua Amerika maupun Eropa.

“Jadi kami minta warga waspada mengenai virus Zika. Karena pembawanya sama dengan DBD, yakni nyamuk  Aedes Aegypti,” katanya ketika dihubungi Solopos.com, Minggu (31/1/2016).

Efi mengatakan kasus terinfeksi virus Zika tidak jauh berbeda dengan penyakit infeksi DBD dan Chikungunya. Oleh sebab itu, Efi mengatakan upaya yang perlu dilakukan masyarakat untuk terhindar dari virus itu, melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pencegahannya dengan meningkatkan gerakan PHBS. Efi melanjutkan merebaknya virus Zika bisa ditekan dengan mencegah berkembangnya jentik nyamuk.

Advertisement

“Sama seperti DBD untuk pencegahannya, dengan PHBS. Misalnya mengubur, mengurus dan menutup tempat penampungan air,” katanya.

Tak hanya itu, Efi juga meminta masyarakat harus menjaga pola hidup sehat. Selain itu istirahat yang cukup, banyak minum, tetap mengonsumsi makanan yang bergizi. Efi mengatakan kewaspadaan semakin ditingkatkan mengingat tren kasus DBD mengalami kenaikan.

Data DKK, dua warga di Mojosongo pekan pertama Januari terkena DBD. Pada tahun ini, Efi menargetkan 50% kelurahan di Solo bisa bebas DBD. Bahkan ia menargetkan angka DBD bisa ditekan maksimal setahun hanya 30 kasus. Target ini berkaca pada 2010 silam, di mana angka kasus DBD tidak lebih dari 30 kasus. Hingga kini, wilayah Mojosongo dan Kadipiro masih menjadi daerah merah endeimis DBD.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif