Jogja
Sabtu, 30 Januari 2016 - 00:40 WIB

KEKERASAN DI SEKOLAH : Seorang Pelajar MTs Mengaku Ditampar Guru

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan tehadap anak (liputan6.com)

Korban mengaku ditampar dan mengeluh kepala bagian belakangnya sakit. Meski demikian, pihak sekolah membantah adanya tindak kekerasan.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Dugaan kasus kekerasan oknum guru kepada siswa terjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Galur, Kulonprogo, Selasa (26/1/2016) lalu. Korban mengaku ditampar dan mengeluh kepala bagian belakangnya sakit. Meski demikian, pihak sekolah membantah adanya tindak kekerasan.

Advertisement

Korban adalah siswa kelas VIII bernama Erlina Eka Prasetya. Sejak Kamis (28/1) kemarin, dia memilih tidak berangkat sekolah karena masih merasa agak pusing. “Yang ditampar saya dan Nevi Alvita tetapi dia tidak sakit,” kata Erlina, ketika ditemui di rumahnya, Dusun Nepi, Desa Kranggan, Kecamatan Galur, Kulonprogo, Jumat (29/1).

Erlina menjelaskan, hari itu pelajaran di kelasnya sedang kosong karena guru yang seharusnya mengajar sedang ada keperluan lain. Para siswa diminta mengerjakan tugas dan mengumpulkan di ruang guru jika sudah selesai. Kebetulan, korban dan temannya menjadi orang yang mengumpulkan tugas itu sehingga keluar dari kelas.

Saat kembali ke kelas setelah mengumpulkan tugas, mereka bertemu dengan seorang guru yang sebenarnya mengajar di ruang kelas sebelah. Guru itu bertanya mengapa para siswa berkeliaran di luar kelas pada jam pelajaran. Erlina mengungkapkan, guru itu menyuruh masuk kelas kemudian menampar dia dan temannya. Erlina mengaku tertampar di kepala bagian belakang.

Advertisement

Korban lalu mengeluh pusing dan sakit kepala. Setelah kejadian itu, dia menangis di kelas hingga jam pulang sekolah. Hari berikutnya, Rabu (27/1), korban masih pusing tapi tetap berangkat sekolah. Pihak sekolah kemudian mengantarkannya memeriksakan diri di Puskesmas Galur. Namun, dia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati, Bantul karena pusing yang dialami korban sudah terjadi selama dua hari. “Di puskesmas dan di Bantul, saya sempat dikasih oksigen,” ungkapnya.

Ibu korban, Marsih, mengaku kecewa dengan sikap guru yang melakukan kekerasan terhadap anaknya. Jika memang melakukan kesalahan, pembinaan hendaknya ditempuh dengan cara yang bijak, tanpa harus ada tindakan fisik.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif