Soloraya
Jumat, 29 Januari 2016 - 21:40 WIB

GIZI BURUK KLATEN : Belasan Bayi di Klaten Alami Gizi Buruk, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Gizi buruk Klaten, ada belasan bayi di Klaten mengalami gizi buruk

Solopos.com, KLATEN–Sebanyak 13 bayi di Klaten mengalami gizi buruk. Munculnya kasus gizi buruk di Kota Bersinar sebagian besar disebabkan keteledoran orangtua dalam memperhatikan nutrisi bayi.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Kepala Seksi (Kasi) Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Sri Hastuti Suprihandini, saat ditemui wartawan di kantornya, Jumat (29/1/2016). Jumlah bayi penderita gizi buruk di Klaten saat ini mengalami penurunan dibandingkan 1-2 tahun terakhir yang mencapai 15 bayi. Sekitar tahun 2007, ada 23 bayi yang mengalami gizi buruk.

“Di Klaten ini memang masih ada bayi yang mengalami gizi buruk. Tapi jumlahnya menurun. Penderita gizi buruk, badannya tidak selalu terlihat kurus. Di antara ukuran gizi buruk, antara tinggi badan dan berat badan tidak seimbang, ada pula tinggi badan dan berat badan tidak sesuai dengan usianya,” katanya.

Sri Hastuti mengatakan dampak terburuk dari gizi buruk, yakni perkembangan dan pertumbuhan bayi tidak normal. Hal itu termasuk mempengaruhi tingkat kecerdasan bayi karena asupan nutrisi gizi sangat kurang.

Advertisement

“Bayi penderita gizi buruk itu tersebar di beberapa kecamatan di Klaten. Paling banyak berada di Kecamatan Kalikotes dan Kecamatan Gantiwarno,” katanya.

Sri Hastuti mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk, di antaranya faktor kemiskinan yang bermula dari keterbatasan ekonomi. Jumlahnya berkisar empat bayi. Faktor lainnya, yakni ketidaktahuan orang tua terkait pentingnya pemberian nutrisi ke bayi. Jumlahnya mencapai sembilan bayi.

“Kalau faktor ketidaktahuan orang tua karena menyepelakan pemberian nutrisi. Bisa disebabkan kesibukan orang tua karena bekerja atau aktivitas lain sehingga kebutuhan bayi tak menjadi prioritas. Secara ekonomi mampu, tapi tidak peduli dengan nutrisi bayinya,” katanya.

Advertisement

Hal senada dijelaskan Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Klaten, Sri Sundari Indriastuti. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten terus gencar memerangi gizi buruk, di antaranya menggalakkan pengawasan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) terhadap bayi melalui kader Posyandu di berbagai desa. Melalui kegiatan tersebut, perkembangan dan pertumbuhan bayi akan terpantau dengan baik.

“Kami selalu mendorong kalangan orang tua, terutama kaum ibu agar memberikan asupan asi ekslusif enam bulan. Setelah itu baru diberi makanan pendamping. Menyikapi bayi yang sudah terkena gizi buruk, biasanya perawatan diarahkan ke Puskesmas secara gratis,” katanya.

Sundari mengatakan persoalan gizi buruk menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat di Klaten. Setiap orang tua harus dapat memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anaknya dengan baik. Persoalan gizi harus diperhatikan sejak sebelum menikah, terjadi pembuahan atau saat mengandung, hingga pascamelahirkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif