Jateng
Selasa, 26 Januari 2016 - 17:50 WIB

PRESTASI PENYANDANG TUNANETRA : Meski Penglihatan Direnggut Glaukoma, Risky Mahir Menggesek Biola

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gadis penyandang tuna netra, Dwi Risky Wahyu (kiri), tengah memainkan biolanya dalam acara Parade Tongkat Putih yang digelar Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) di Balai Kota Semarang, Minggu (24/1/2016) lalu. (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda Saputra)

Penyandang tuna netra di Semarang menggelar berbagai aksi untuk memeriahkan hari jadi ke-50 Pertuni.

Semarangpos.com, SEMARANG – Minggu (24/1/2016) pagi, halaman depan Balai Kota Semarang diguyur hujan deras. Namun, suara derasnya hujan itu seakan tak didengar oleh puluhan penyandang tuna netra yang tergabung dalam Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) yang memang sedang memiliki hajatan di Balai Kota Semarang itu.

Advertisement

Mereka larut mendengarkan suara gesekan biola yang dimainkan oleh rekan sesama penyandang tuna netra, Dwi Risky Wahyu. Yah, Risky sapaan gadis berusia 24 tahun itu memang memiliki kebutaan.

Meski demikian, mahasiswi jurusan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang memiliki keistimewaan mampu memainkan berbagai alat musik, termasuk biola.

Bahkan, nada-nada lagu Broken Fow milik Josh Gorban dan First Love dari Kenny G. yang ia mainkan pun mampu membuat puluhan orang yang tergabung dalam Pertuni terpesona.

Advertisement

“Sejak kecil saya memang sudah bisa memainkan segala jenis alat musik. Jadi saat mengalami kebutaan pada 2008 lalu, saya tetap masih bisa memainkan alat musik. Toh, mata saya yang buta, tapi insting saya tidak,” ujar Risky saat berbincang dengan Semarangpos.com di sela-sela acara itu.

Risky mengaku mengalami kebutaan sejak berusia 17 tahun atau pada 2008 lalu. Ia mengalami kebutaan karena menderita penyakit glaukoma.

Saat kali pertama mengalami kebutaan, ia sempat frustasi karena menilai semua impiannya telah pupus. Meski demikian, ia tak ingin berlarut-larut dalam keputusasaan dan kembali melanjutkan hidup dengan meneruskan study-nya.

Advertisement

“Dulu inginnya sih jadi dokter, tapi sekarang enggak bisa lagi karena saya sudah buta. Sekarang sih inginnya jadi musisi yang handal saja,” canda Risky.

Pertunjukkan Risky itu digelar sebagai salah satu rangkaian acara yang digelar Pertuni untuk mengampanyekan penggunaan tongkat putih kepada para penyandang tuna netra. Acara ini digelar dalam di beberapa kota dalam rangka menyambut ulang tahun ke-50 Pertuni yang jatuh pada Selasa (26/1/2016).

Selain pertunjukan biola dari Risky, sederet kegiatan digelar dalam acara itu. Salah satunya adalah Parade Tongkat Putih yang dilakukan oleh para penyandang tuna netra dengan melakukan long march mulai dari Balai Kota Semarang hingga Lawang Sewu. Namun, acara ini batal menyusul hujan deras yang mengguyur Kota Lunpia sejak Minggu pagi hingga siang.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif