News
Selasa, 26 Januari 2016 - 20:40 WIB

KENAIKAN HARGA DAGING SAPI : Dispertan Solo Perketat Pengawasan Peredaran Daging Sapi di Kota Solo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok/Burhan Aris Nugraha)

Kenaikan harga daging sapi, Pemkot Solo memperketat pengawasan peredaran daging sapi di Kota Bengawan.

Solopos.com, SOLO–Dinas Pertanian (Dispertan) Solo memperketat pengawasan setelah adanya kenaikan harga daging sapi. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tetap mendapat daging yang sehat dan layak konsumsi.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Dispertan Solo, Harry Mirna, mengatakan pada Selasa (26/1/2016) dini hari dilakukan sidak di delapan pasar, di antaranya Pasar Nusukan, Pasar Legi, Pasar Harjodaksino, Pasar Jebres, Pasar Jagalan, Pasar Tanggul, Pasar Kleco, dan Pasar Jongke. Dia mengatakan sidak ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Dispertan.

Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Masyarakat dan Veteriner (Kesmavet), Bagus Sarwoko, mengungkapkan sebelumnya sudah melakukan sidak tapi hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu, sidak Selasa dini hari tersebut mengubah pola atau rute sidak, dari pasar yang biasanya disidak paling akhir menjadi paling awal.

“Setelah ada perubahan pola sidak ini, tim gabungan dari Dispertan dan Satpol PP menemukan 14,1 kg daging basah [glonggongan] dan 2,5 kg daging busuk di Pasar Nusukan serta 2,5 kg daging basah di Pasar Kleco. Daging basah tersebut rata-rata dijual Rp95.000/kg,” ungkap Bagus saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa.

Advertisement

Diakuinya, kenaikan harga daging sapi di pasar dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk memperoleh keuntungan dengan menjual daging basah atau daging busuk. Meski begitu, daging basah tersebut biasanya bukan kehendak dari pedagang tapi dari produsen mendapat daging dengan kualitas rendah. Oleh karena itu, dia mengaku hanya bisa melakukan penyitaan barang dan pembinaan kepada pedagang.

Dia menjelaskan daging yang disita kemudian digantung supaya airnya keluar, setelah itu, daging dikembalikan kepada pedagang. Namun daging busuk, dimusnahkan dengan cara dibakar. “Kalau untuk menghentikan penjualan daging tidak layak jual itu harus berkoordinasi dengan berbagai pihak hingga ke luar kota. Hal ini karena biasanya daging tersebut berasal dari luar daerah,” jelasnya.

Kepala Rumah Potongan Hewan (RPH) Dispertan Solo, Tri Ananto, mengungkapkan kebutuhan daging sapi di Solo dalam sehari rata-rata 4,1 ton-4,5 ton/hari. Namun diakuinya RPH hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar 3,3 ton/hari yang berasal dari Wonogiri, Sragen, dan Sukoharjo. Menurut dia, sisa kekurangan kebutuhan daging sapi ini diperoleh dari Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar yang langsung dijual kepada pedagang.

Advertisement

“Harga daging sapi saat ini memang naik tapi kenaikan dinilai masih wajar dan rata-rata hewan yang disembelih di RPH juga masih sama,” kata dia.

Sementara itu, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Legi, Pudjani Daryanto, mengatakan meski pemerintah membatalkan pengenaan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) tapi harga sudah telanjur tinggi dan sulit untuk turun. Dia mengatakan sejak awal tahun hingga saat ini, harga jual daging sapi masih bertahan di angka Rp110.000/kg-Rp120.000/kg. Hal ini dipengaruhi pasokan sapi yang menipis sedangkan permintaan cenderung tetap.

“Pedagang harapannya pemerintah bisa menekan harga daging sapi sehingga penjualan bisa kembali normal,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif