Jatim
Senin, 25 Januari 2016 - 00:05 WIB

ORMAS GAFATAR : Mantan Gafatar Madiun Dilarikan ke RS demi Melahirkan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua orang melepas tiang bendera di lokasi permukiman warga eks-Gafatar yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1/2016). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. (JIBI/Solopos/Antara/Jessica Helena Wuysang)

Ormas Gafatar yang disebut MUI sesat membuat para mantan anggotanya kelahiran aset yang harus mereka tinggalkan di Kalimantan.

Madiunpos.com, SURABAYA — Seorang wanita mantan anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bernama Mamik Kasiati asal Madiun, Jawa Timur yang sedang ditampung di Asrama Transito di Surabaya, Minggu (24/1/2016), dilarikan ke rumah sakit. Ia mengeluh hendak melahirkan.

Advertisement

“Bu Mamik sepertinya mau melahirkan dan dilarikan ke RS Haji Sukolilo Surabaya pada Sabtu (23/1/2016) malam,” ujar Kepala Bidang Kewaspadaan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur Edi Supriyanto kepada wartawan, Minggu.

Ia meminta kepada ibu yang mengandung anak keempatnya tersebut untuk tidak memikirkan biaya persalinan karena akan dibahas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Yang jelas tugas saya di sini hanya mengawasi dan bertanggung jawab menyediakan segala kebutuhan mereka yang kurang seperti makan, minum, pakaian, dan tempat,” ucapnya.

Advertisement

Ia meminta kepada ibu yang mengandung anak keempatnya tersebut untuk tidak memikirkan biaya persalinan karena akan dibahas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Yang jelas tugas saya di sini hanya mengawasi dan bertanggung jawab menyediakan segala kebutuhan mereka yang kurang seperti makan, minum, pakaian, dan tempat,” ucapnya.

Sejak ditempatkan di Asrama Transito milik Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim di Jl. Margorejo Surabaya pada Sabtu pagi, sejumlah kegiatan dilakukan, antara lain pendataan, permainan, pembinaan hingga silaturahim. Saat digelar silaturahim dengan pemerintah dan aparat, tidak sedikit warga mantan Gafatar yang mengeluh dan meminta kebutuhan sehari-harinya dipenuhi, seperti pakaian dan perlengkapan, khususnya untuk anak-anak.

Dipaksa Pulang Kampung
Seperti diberitakan Madiunpos.com, menyusul pembubaran ormas Gafatar, Agustus 2015 lalu, anggotanya bersepakat hijrah ke luar Pulau Jawa untuk bercocok tanam demi menguatkan ketahanan pangan Indonesia. Ormas yang getol berkegiatan sosial itu membubarkan diri karena permohonan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) kepada Kementerian Dalam Negeri tak kujung diluluskan.

Advertisement

Dasar sikap MUI yang memosisikan ormas Gafatar sebagai ormas Islam adalah karena berdasarkan hasil penelusuran, kuat dugaan Gafatar sejatinya reinkarnasi dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang mereka anggap sebagai Islam yang sesat. Pada kenyataannya, para mantan anggota Gafatar itu tak pernah menyebut diri sebagai pengikut ajaran tertentu.

Nyatanya, pers mengamplifikasi sikap MUI yang memperlakukan mantan aktivis ormas Gafatar itu selayaknya anggota ormas Islam atau pengikut ajaran Islam sesat. Buntutnya, bedeng-bedeng tempat bermukim mantan anggota Gafatar di wilayah hijrah mereka di Desa Moton Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dibakar warga.

Sejauh ini, tak terdengar langkah polisi ataupun aparat lain mengusut pembakaran bedeng-bedeng itu. Tak jelas pula penggantian aset para eks anggota Gafatar yang dibakari massa yang menuduh eks Gafatar sebagai penganut aliran sesat itu. Sebaliknya, para korban tindakan anarkistis itu kini dipaksa kembali ke kampung halaman masing-masing meskipun kehidupan mereka di tanah perantauan diklaim sudah mulai mapan.

Advertisement

Pekerjaan Layak
Salah seorang mantan anggota Gafatar, Yamiartiwi, sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara, mengaku ikut aliran tersebut karena dijanjikan pekerjaan layak di Kalimantan Barat, namun malah diberikan lahan untuk bertani. “Kami juga disuruh membangun tempat tinggal sehingga membuka seperti benar-benar baru pindahan,” kata wanita asal Blitar, Jawa Timur, yang bergabung sejak November 2015 tersebut.

Ia mengaku menyesal telah meninggalkan sebagian keluarga, bahkan menjual dua sepeda motor hasil jualan es lilin suaminya. Sampai saat ini, total 387 orang dari sekitar 600 orang lebih mantan anggota ormas Gafatar itu ditampung sementara, sebelum diserahkan kepada keluarga di daerahnya masing-masing.

Mereka harus dikembalikan karena permukiman di sejumlah wilayah, salah satunya di Mempawah, Kalimantan Barat, dibakar warga yang murka setelah mendengar tudingan bahwa MUI ormas Gafatar menganut ajaran sesat. Para pengungsi dibagi dalam sembilan barak, yakni empat barak berbentuk kamar, lima barak berbentuk los yang dilengkapi 60 kamar mandi dengan fasilitas MCK.

Advertisement

Pengamanan ketat oleh Polri dan TNI juga dilakukan untuk meminimalisasi gangguan keamanan dan ketertiban yang dikhawatirkan terjadi. Tentu saja pengamanan oleh polisi dan tentara itu membatasi ruang gerak orang-orang yang disebut pemerintah sebagai pengungsi itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif