Soloraya
Senin, 25 Januari 2016 - 21:53 WIB

ORMAS GAFATAR : Anggota Gafatar Pilih Kembali Menjadi Petani di Desa

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) makan bersama setelah tiba di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Minggu (24/1/2016). Anggota Gafatar berjumlah 77 orang asal Jateng dan D.I. Yogyakarta yang dipulangkan dengan pesawat charter akan ditampung sementara di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, untuk didata dan mendapatkan pembekalan agama serta wawasan kebangsaan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Ormas Gafatar, sejumlah anggota Gafatar memilih kembali menjadi petani.

Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mulai memikirkan nasib mereka setelah pulang dari Kalimantan Tengah (Kalteng).

Advertisement

Salah seorang anggota Gafatar, Karini, 34, warga Banjarnegara, mengaku dulu pernah aktif menjadi pendukung Gafatar ketika masih tinggal di kampung. Ia mengaku tertarik dengan konsep pertanian yang ditawarkan Gafatar hingga akhirnya menuju ke Kalimantan bersama suami dan satu anaknya.

“Saya sudah 1,5 tahun di Kalimantan bekerja sebagai petani. Saat tiba di Kalimantan sudah bertemu banyak orang dari berbagai darah dalam satu kampung. Saya akan kembali menjadi petani di kampung halaman,” kata dia saat ditemui Solopos.com di ruang kesehatan, Minggu (24/1/2016).

Anggota Gafatar lainnya, Jono, 35, warga Grobogan, mengatakan sebelumnya di kampung bekerja serabutan hingga menjadi sopir taksi di Jakarta. Pada saat di Jakarta bertemu anggota Gafatar mereka bercerita panjang soal mudahnya mencari pekerjaan di Kalimantan hingga konsep pertanian.

Advertisement

“Mereka [Gafatar] melakukan sosialisasi dan pendataan di rumah warga diketahui RT dan RW sehingga tidak ada yang patut dicurigai,” kata Jono.

Di Kalimantan selama 1 tahun, kata dia, bekerja dari penjual makanan, mencari rongsokan, dan sekarang penjual bandeng presto.

“Jujur hidup saya lebih baik setelah pindah ke Kalimantan. Saya masih binggung dan tidak mengerti apa makusud dari pemerintah,” kata dia.

Advertisement

Bapak empat anak ini berharap pemerintah memberikan solusi salah satunya menyediakan pekerjaan yang layak bagi warga setelah kembali ke kampung halaman nanti.

Sementara aggota Gafatar lainnya asal Cilacap, Januri, mengatakan  setelah Gafatar bubar pada Agustus 2015 langsung membentuk kelompok tani mandiri. Meskipun bubar anggotanya tetap memegang teguh ideologi pancasila.

“Kami menerapkan konsep pertanian yang didapat dari Jawa diterapkan disana dan sukses. Selama bergabung Gafatar tidak ada hal yang menyimpang. Saya baru 1 tahun di Kalimantan dan setelelah ini kembali menjadi petani di kampung,” kata dia ditemui Solopos.com, Senin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif