News
Minggu, 24 Januari 2016 - 02:00 WIB

SERBA-SERBI KAMPUS : Waspada, Mahasiswa Cupu Sasaran Empuk Organisasi Paham Radikal

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ISIS mengancam Inggris (Independent)

Serba-serbi kampus kali ini mengulas soal ciri-ciri mahasiswa yang biasanya mudah direkrut organisasi radikal.

Solopos.com, JAKARTA — Terkuaknya seluk-beluk organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan insiden bom di Sarinah, Thamrin, Jakarta, memunculkan pertanyaan mengapa banyak anggota di organisasi tersebut yang notabene orang kuliahan?

Advertisement

Sebagai contoh, Bahrun Naim, alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS Solo, orang yang diduga pelaku teror bom Sarinah, hingga dokter Rica Tri Handayani, alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yang masuk sebagai anggota Gafatar. Terkait dengan ini, Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis mengungkapkan keprihatinannya.

“Sebetulnya itu bisa terjadi kepada siapa saja. Tak harus dari universitas mana pun. Kita ikut simpati sama UNS,” ujar Muhammad Anis sebagaimana dilansir Okezone, Sabtu (23/1/2016).

Lebih lanjut, Muhammad Anis memandang, pihak organisasi-organisasi radikal mencari mahasiswa yang cenderung tidak mudah bergaul dan terkesan kutu buku, untuk direkrut menjadi anggotanya.

Advertisement

“Tak lepas kemungkinan mahasiswa yang kutu buku, datang cuma kuliah pulang, datang pulang. Mereka mudah didekati oleh yang merekrut. Biasanya disebut mahasiswa yang cupu-cupu,” tutur Muhammad Anis.

Muhammad Anis juga berpendapat, merebaknya paham radikal berkaitan dengan arus globalisasi. Ia memberi contoh, bentuk globalisasi ini adalah penggunaan Internet semakin luas, yang semestinya diantisipasi pula dengan filter budaya asing.

“Tentunya kita ini kan dalam pemberitaan selalu terbuka dengan visi misi mahasiswa berorganisasi. Ada yang non akademik atau akademik, ini efek dari globalisasi keterbukaan. Kejadian ini kan terjadi karena fungsi internet meluas. Kita tak bisa antisipasi ketahanan budaya filter budaya asing, arah negatif TIK,” ungkap Muhammad Anis.

Advertisement

Sebelumnya, dokter Rica Tri Handayani dikabarkan hilang dan akhirnya ditemukan di Kalimantan. Dokter beranak satu tersebut tercatat sebagai anggota Gafatar dan pergi ke Kalimantan untuk berjuang di jalan Tuhan.

Sedangkan bom di Sarinah, Thamrin, yang kabarnya dirancang oleh ISIS dengan terduga Bahrun Naim, terjadi pada Kamis (14/1/2016).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif