Soloraya
Sabtu, 23 Januari 2016 - 21:00 WIB

KENAIKAN HARGA PANGAN : Pedagang Kuliner di Solo Siasati Kenaikan Harga Daging Sapi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi festival kuliner (JIBI/Solopos/Antara/Agus Bebeng)

Kenaikan harga pangan, sejumlah pedagang kuliner di Solo harus bersiasat dengan berbagai cara agar tidak merugi.

Solopos.com, SOLO–Kenaikan harga daging sapi akibat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen mulai berdampak pada bisnis kuliner. Para pedagang makanan mensiasati kenaikan harga tersebut dengan berbagai cara agar penjualan tetap stabil dan mereka tidak rugi.

Advertisement

Pedagang olahan daging sapi di Jalan Adisucipto, Lustri Wahyuni, mengeluhkan kenaikan harga tersebut. Harga beli daging sapi di Pasar Kleco saat ini mencapai Rp110.000 per kilogram. Padahal sebelumnya hanya sekitar Rp98.000 per kilogram. Kenaikan harga itu terjadi bertahap sejak dua bulan terakhir.

“Paling tinggi ya ini sampai Rp110.00 per kilogram. Enggak sesuai dengan keuntungan jualan kami,” ujar dia kepada Solopos.com, Sabtu (23/1/2016).

Penanggung jawab Bakso Thengkleng Mas Bambang cabang Novotel, Sigit Wardono, juga menyampaikan kekhawatirannya. Jika harga daging sapi terus meroket bisnis kuliner bisa melempem karena bahan utama makanan olahannya adalah daging sapi. Pilihannya sulit, jika harga jual makanan dinaikkan bisa menjadi bumerang bagi usahanya. Tidak semua pembeli bisa menerima kenaikan harga makanan.

Advertisement

Supervisor Bakso Thengkleng Mas Bambang, Danang Subroto, mengatakan bahwa kenaikan harga daging sudah mereka rasakan dampaknya. Harga daging kualitas super yang biasa mereka beli naik hingga Rp130.00 per kilogram. Namun sejauh ini ia belum menaikkan harga jual makanannya. Pihaknya masih menunggu kemungkinan harga kembali turun.

“Bisnis kuliner itu susah. Kalau kita naikan harga dikit saja pembeli bisa kabur. Sementara kita menunggu. Istilahnya ngempet [menahan] meski harga daging tinggi produksi tetep seperti biasa. Kalau nanti tetap naik terus ya terpaksa ukuran bakso yang kami kurangi,” katanya.

Dengan strategi itu bisnisnya selalu stabil. Ia memiliki 20 outlet yang tersebar di seluruh wilayah seperti Soloraya, Malang dan Surabaya. Harga daging juga tidak berpengaruh pada penjualan dan omset. Penjualan stabil pada tinggi. Setiap hari mereka menghabiskan sekitar 3 kuintal daging sapi sebagai bahan baku bakso. Hasil produksi tersebut dibagikan ke outket cabang yang berada se-Soloraya dan luar kota.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif