Soloraya
Jumat, 22 Januari 2016 - 12:00 WIB

PENYAKIT BERBAHAYA : Haikal Penderita Hydrocephalus Asal Polokarto Butuh Bantuan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Listri Sedyoningsih (kiri) menjaga anaknya, Muhammad Haikal Kurniawan, 2, yang menderita penyakit hydrocephalus sejak berusia empat bulan di rumahnya di Dusun Kauman, Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Kamis (21/1/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Penyakit berbahaya hydrocephalus diderita oleh Haikal, anak balita asal Polokarto, Sukoharjo.

Solopos.com, SUKOHARJO – Pasangan suami istri Supardi Hasan-Listri Sedyoningsih, Kamis (21/1/2016) siang, pulang ke rumah di Dusun Kauman, Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, seusai memeriksakan buah hati mereka di RSUD dr. Moewardi, Solo.

Advertisement

Anak mereka, Muhammad Haikal Kurniawan, 2, menderita penyakit hydrocephalus sehingga harus rutin berobat ke rumah sakit. Haikal menderita penyakit itu sejak berusia empat bulan.

Haikal telah empat kali menjalani operasi di RSUD Dr Moewardi, Solo. Kali terakhir, Haikal menjalani operasi pada Maret 2015.

Advertisement

Haikal telah empat kali menjalani operasi di RSUD Dr Moewardi, Solo. Kali terakhir, Haikal menjalani operasi pada Maret 2015.

“Operasi kali pertama dilakukan pada September 2014. Anak saya menderita gangguan aliran cairan di dalam otak yang mengakibatkan kepala membesar dan infeksi di bagian dada,” kata Listri Sedyoningsih saat ditemui wartawan di rumahnya, Kamis.

Lantaran tercatat sebagai pemegang kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), biaya empat kali operasi ditanggung oleh pemerintah. Namun, Listri harus merogoh kocek pribadinya untuk membeli obat yang tak terkaver program BPJS.

Advertisement

Ia bercerita pada Desember 2015, Haikal mengalami demam dan kejang-kejang. Setelah diperiksakan ke rumah sakit, Haikal menjalani rawat inap hampir selama dua bulan. Setelah kondisi kesehatan Haikal membaik, tim dokter memperbolehkan Haikal menjalani rawat jalan dengan syarat apabila menderita sesak nafas harus segera diberi alat bantu pernapasan berupa tabung oksigen.

Sejak itu, orang tua Haikal pontang-panting lantaran harus mengeluarkan uang guna membeli tabung oksigen setiap hari. Menurut Listri, harga isi ulang tabung oksigen ukuran satu meter kubik senilai Rp85.000-Rp100.000.

“Penghasilan suami saya pas-pasan dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara saya Cuma membuka usaha kecil-kecilan dengan penghasilan yang sedikit. Kami tak mampu kalau harus mengeluarkan uang untuk mengisi ulang tabung oksigen setiap hari,” papar dia.

Advertisement

Sementara bapak kandung Haikal, Supardi, mengatakan selama ini bekerja sebagai buruh menjahit di Malaysia. Dia terpaksa pulang kampung lantaran kondisi Haikal cukup kritis.

Menurut dia, saat proses kelahiran tak terjadi gejala-gejala penyakit hydrocephalus yang dialami bayi Haikal. Gejala penyakit muncul saat bayi Haikal menginjak usia empat bulan berupa bagian kepala membesar perlahan-lahan.

Supardi menceritakan harus bolak-balik mengantar anaknya untuk menjalani kontrol kesehatan ke rumah sakit minimal empat kali dalam sepekan. “Jadwal kontrol kesehatan anak dua kali dalam sepekan, fisioterapi juga dua kali dalam sepekan. Sementara kontral mata sekali dalam sepakan. Kalau bolak-balik ke rumah sakit kan juga butuh biaya. Sementara penghasilan saya pas-pasan,” kata dia.

Advertisement

Dia berharap instansi terkait memperhatikan nasib anaknya yang menderita penyakit hydrocephalus. Terlebih, untuk membeli obat dan mengisi ulang tabung oksigen juga membutuhkan biaya tak sedikit. Haikal mempunyai satu saudara kandung bernama Kamila Sabana Nafiyatul Kasanah, 10, yang duduk di kelas IV Sekolah Dasar (SD).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif