Soloraya
Jumat, 22 Januari 2016 - 23:40 WIB

DEMAM BERDARAH SRAGEN : Selama 2015, 7 Nyawa Melayang Karena DBD

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Demam berdarah Sragen, DKK Sragen mencatat selama 2015 ada 7 orang meninggal akibat DBD.

Solopos.com, SRAGEN–Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen mencatat ada tujuh orang dari 527 kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang 2015 meninggal dunia karena mengalami dengue shock syndrome (DSS). Sementara, sepanjang Januari 2016 tercatat ada 39 kasus positif DBD dari 104 kasus suspect DBD.

Advertisement

Data tersebut disampaikan Kasi Pengendalian Penyakit (P2) DKK Sragen Sumiyati atas izin Sekretaris DKK Sragen Hargiyanto saat berbincang dengan Solopos.com di aula DKK Sragen, Jumat (22/1/2016).

Sumiyati menjelaskan tidak semua kasus yang ditangani RSUD Soehadi Prijonegoro positif DBD tetapi ada yang suspect DBD. Kepastian positif DBD, kata dia, didasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi (PE) di sekitar lokus suspect DBD terjadi.

“Kadang-kadang ketika baru panas masyarakat langsung bilang DBD. Padahal baru suspect DBD. Laporan yang masuk ke DKK jumlah suspect DBD sebanyak 104 kasus namun hanya 39 kasus di antaranya yang positif DBD. Data itu tercatat di DKK per Jumat ini [kemarin],” ujarnya.

Advertisement

Sumiyati menjelaskan sepanjang 2015 jumlah kasus DBD 527 kasus dan tujuh orang di antaranya meninggal dunia karena mengalami DSS. Jumlah kasus kematian akibat DBD tersebut turun bila dibandingkan 2014. Dia menyebut kasus kematian 2014 sebanyak 12 kasus dari 575 kasus.

“Kami tak kurang-kurang memberi penyuluhan ke masyarakat untuk pencegahan DBD. Setiap Jumat keempat pada setiap bulannya juga ada program PSN [pemberantasan sarang nyamuk] serentak di setiap kecamatan,” kata Sumiyati.

Dia menuturkan PSN merupakan upaya pencegahan DBD paling efektif karena bisa memutus rantai perkembangbiakan nyamuk Aides Aigypti. Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak serta merta meminta pengasapan atau fogging setiap muncul kasus suspect DBD.

Advertisement

Dia mewanti-wanti fogging bukan cara yang efektif untuk mencegah DBD tetapi justru ada potensi nyamuk resistensi terhadap obat insektisida.

“Di sisi lain, upaya fogging juga ada dasar dan kriteria. Petugas tidak asal melakukan fogging tanpa kriteria yang jelas,” tambah dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif