Soloraya
Kamis, 21 Januari 2016 - 07:30 WIB

PENATAAN PARKIR SOLO : Pemkot Dinilai Gegabah Bangun Gedung Parkir di Pasar Gede

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintasi kawasan parkir di sisi utara Pasar Gede Solo, Senin (18/1/2016). Dishubkominfo Kota Solo merencanakan pembangunan gedung parkir dua lantai di kawasan tersebut untuk menyelesaikan masalah lahan parkir setelah penataan koridor Pasar Gede. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan parkir Solo, pakar tata ruang kota menilai Pemkot gegabah akan membangun gedung parkir di sekitar Pasar Gede.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah kalangan mengusulkan wacana pembangunan gedung parkir di sebelah utara Pasar Gede sisi timur perlu ditinjau ulang. Pembangunan sebagai upaya mengatasi krisis lahan parkir itu dikhawatirkan bisa mengurangi kesinambungan suasana keruangan pusaka di kawasan tersebut.

Advertisement

Akademisi dari Teknik Arsitektur UNS Solo yang aktif di forum cagar budaya, Kusumaningdyah Nurul Handayani, menyebut langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang reaktif membuat gedung parkir dua lantai di sekitar Pasar Gede sebagai solusi mengatasi krisis lahan parkir cukup gegabah.

“Jangan buru-buru memutuskan membuat bangunan baru di sekitar Pasar Gede. Kalau dilihat kasatmata saja, radius tiga kilometer dari Pasar Gede masih banyak sisa bangunan pecinan, pekojan, sampai indische. Saya mendukung gedung parkir Pasar Gede tidak dibangun,” tegasnya ketika berbincang dengan Solopos.com, Rabu (20/1/2016) siang.

Rully, sapaan akrabnya, menjelaskan sebelum membuat bangunan di sekitar kawasan pusaka dibutuhkan kajian mendalam terlebih dahulu. “Paling tidak harus ada cetak biru pengembangan Kota Pusaka dulu seperti apa. Tujuannya agar pembangunan di sekitar kawasan pusaka bisa sinergi dengan identitas kota pusaka Kota Solo yang sudah direncanakan Pemkot,” jelasnya.

Advertisement

Setelah cetak biru Kota Pusaka jadi, imbuh Rully, pembangunan wajib mengantongi izin dari institusi pelestari cagar budaya. “Rekomendasi dari [institusi] BCB seperti apa. Ada data atau argumen pendukung yang lengkap sampai ada signifikasi dan keluar implementasinya. Barulah melangkah ke soal konsep bangunan yang disesuaikan dengan identitas bangunan pusaka [Pasar Gede],” paparnya.

Menurut Rully, pemerintah sebaiknya lebih bijak mengembangkan kawasan yang merunut sejarahnya masuk dalam segitiga emas perdagangan, pertahanan, dan pusat pemerintahan itu. “Jangan semena-mena memperkosa bangunan di kawasan pusaka. Kalau benar dibangun, dampaknya akan mengganggu kontinuitas ambience kawasan cagar budaya,” pesannya.

Sementara itu, Ketua Presidium Komite Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN), Agus Anwari, mengapresiasi langkah Pemkot Solo yang berencana mencarikan solusi krisis lahan parkir di kawasan Pasar Gede. Namun ia mewanti-wanti perencanaan bangunan gedung nantinya jangan sampai lebih menonjol dari bangunan utama Pasar Gede.

Advertisement

“Jangan sampai bangunan lebih tinggi dari bangunan Pasar Gede. Selain itu, harus memperhatikan kaidah estetika, aspek historis, dan sosial pasar. Kuncinya jangan sampai lebih menonjol dari bangunan utama,” katanya.

Terkait pembangunan jembatan penghubung yang mengintegrasikan bangunan utama pasar dengan gedung parkir, Agus menyebutkan sah-sah saja. “Akses saya kira tidak masalah karena tujuannya menghubungkan ke bangunan utama pasar,” ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo berencana membangun gedung parkir dua lantai di utara Pasar Gede sisi timur. Gedung parkir tersebut rencananya mampu menampung 150 mobil dan 900 sepeda motor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif