Soloraya
Rabu, 20 Januari 2016 - 12:15 WIB

EKSPOR SOLO : 2015, Realisasi Nilai Ekspor Produk Solo Turun

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wisatawan berbelanja batik (JIBI/Solopos/Dok.)

Espor Solo tahun 2015 turun ketimbang tahun sebelumnya.

Solopos.com, SOLO — Realisasi ekspor Solo pada 2015 meningkat 5,34% dari sisi volume jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun berdasarkan nilai ekspor turun 14,71% karena dipengaruhi penurunan harga.

Advertisement

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, realisasi ekspor 2015 adalah 4,71 juta kg dengan nilai US$30,70 juta sedangkan realisasi ekspor 2014 sebanyak 4,48 juta kg dengan nilai US$35,99 juta.

Penurunan ekspor dinilai terjadi pada semester II karena pada semester I masih ada tren positif, bahkan pada triwulan pertama ada pertumbuhan sekitar 37,28% untuk volume ekspor. Dia mengatakan meski ada perusahaan yang berpindah alamat tapi hal tersebut tidak terlalu berdampak pada penurunan volume kinerja ekspor.

“Penurunan nilai ekspor ini dipengaruhi ekonomi global yang sedang lesu sehingga ada penurunan harga barang yang diekspor,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Disperindag Solo, Sri Redjeki Sapardina Kusumo Wardani, di ruang kerjanya, Selasa (19/1/2016).

Advertisement

Dia mengatakan hanya ekspor batik dan kantong plastik yang naik dari sisi volume dan nilai. Volume ekspor batik selama setahun sebanyak 579.073,49 kg dari sebelumnya 488.038,49 kg sedangkan nilainya naik dari US$9,45 juta menjadi US$10,88 juta.

Sedangkan volume ekspor kantong plastik naik cukup tinggi, yakni sekitar 32,5% menjadi 2,53 juta kg dari 1,91 juta kg. Namun jika dilihat dari nilai, kenaikannya tidak setinggi kenaikan volume, yakni hanya 10,7% dari US$3,27 juta menjadi US$3,62 juta.

Komoditas ekspor lain mengalami penurunan, di antaranya gula kelapa, kartu ucapan, mebel kayu, dan mebel rotan. Dia mengungkapkan tekstil dan produk tekstil mengalami kenaikan meski tidak signifikan dari sisi volume, yakni dari 1,04 juta kg menjadi 1,1 juta kg. Namun nilai ekspor menurun drastis menjadi US$14,43 juta dan sebelumnya US$20,59 juta.

Advertisement

Disperindag mencatat jika dibandingkan empat tahun lalu, realisasi volume ekspor menurun. Kenaikan volume ekspor terjadi pada sekitar tiga tahun terakhir tapi tidak terlalu signifikan. Sementara itu, dari sisi nilai transaksi ekspor, selama lima tahun terakhir terus menurun.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Liliek Setiawan, mengungkapkan penurunan nilai ekspor dipengaruhi harga barang yang turun. Meski begitu, dia mengatakan kualitas tetap dijaga supaya mampu bersaing di pasar internasional.

Dia berharap paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah beberapa waktu lalu dapat membantu sektor riil, khususnya sektor industri yang menyerap tenaga kerja besar atau industri padat karya.

“Peluang peningkatan ekspor tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu. Apalagi jika Indonesia dan Amerika Serikat dapat menandatangani Trans Pacific Partnership sehingga produk kita [Indonesia] diprioritaskan untuk dibeli,” kata dia secara terpisah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif