Jateng
Senin, 18 Januari 2016 - 14:50 WIB

PERTEMUAN ULAMA : Bertemu di Pekalongan, Para Ulama Sepakati 9 Poin Bela Negara

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (wikipedia)

Pertemuan ulama dari berbagai wilayah menghasilkan kesepakatan untuk membela negara.

Semarangpos.com, PEKALONGAN-Rasa cinta kepada Tanah Air dinilai sudah mulai luntur. Saatnya kini semua elemen bangsa menumbuhkan kembali rasa nasionalisme.

Advertisement

“Bila ulama, TNI, Polri bersatu kuat, maka lebih dahsyat daripada nuklir. Nasionalisme yang luntur harus dibangkitkan dan dikuatkan, maka kebanggaan sebagai Indonesia melahirkan rasa bela bangsa dan harus diajarkan sedari dini,” kata Habib Lutfi yang juga Ketua Jamiyah Ahlit Thoriqoh al Mutabaroh An Nahdliyah dalam acara Silaturrahim Nasional Dalam Urgensi Bela Negara Demi Menjaga Keutuhan NKRI di Convention Center HA Djunaid Kota Pekalongan, Sabtu (16/1/2016) siang seperti dikutip dari jatengprov.go.id.

Dirinya juga mengajak seluruh kalangan thariqah untuk benar-benar mengoptimalkan kekuatan spiritualitas mereka, demi menguatkan aspek bela negara. Meningkatkan aspek bela negara juga tidak terlepas dari pengaruh konflik di negara-negara asing yang secara langsung berdampak pada Indonesia.

Advertisement

Dirinya juga mengajak seluruh kalangan thariqah untuk benar-benar mengoptimalkan kekuatan spiritualitas mereka, demi menguatkan aspek bela negara. Meningkatkan aspek bela negara juga tidak terlepas dari pengaruh konflik di negara-negara asing yang secara langsung berdampak pada Indonesia.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko dalam sambutannya mengungkapkan perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan tidak terlepas atas dorongan yang sangat kuat dari ulama-ulama kepada para pejuang rakyat.

“Ungkapan Bela Negara yang digelorakan secara nasional merupakan hal penting tentang nasionalisme, patriotisme, dan bagaimana kita membela negara kita. NKRI yang berdasarkan Pancasila harus kita jaga. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi,” kata Wagub.

Advertisement

Ancaman bahaya nyata seperti yang terjadi selama ini seperti terorisme, radikalisme, bencana alam, penyalahgunaan narkoba, kekerasan atas nama agama, dan gerakan separatis menimbulkan disintegrasi NKRI.

“Seperti terorisme dan radikalisme, kita tidak berperang dengan lawan yang menggunakan senjata, tapi dengan lawan yang menggunakan metode cuci otak. Di sinilah peran ulama bersama TNI-Polri menerapkan bela negara sebagai wujud kecintaan dan kebanggan mempertahankan persatuan NKRI,” kata mantan Kepala Staff AD tersebut.

Selain dihadiri ulama-ulama se-Indonesia, acara tersebut juga dihadiri sejumlah ulama thariqah dari berbagai negara, seperti Syekh Aziz Abidin (USA), Syekh Fadhil (Turki), Syekh Aziz al-Idrisi (Maroko), Syekh Muhammad Sulaiman (Sudan), Syekh Zaid bin Yahya (Yaman), Syekh Aun al-Qad dumi (Yordania), dan Syekh Adnan al-Afiyuni (Suriah).

Advertisement

Berkumpulnya para ulama tersebut juga dimanfaatkan untuk menyusun kesepakatan pemikiran tentang bela negara (konsensus). Sembilan poin penting konsensus tentang bela negara ini dilahirkan dan disepakati oleh ulama thariqah dari Indonesia, Maroko, Turki, Sudan, Yaman, Amerika, dan Yordania.

Pertama, negara adalah tempat tinggal di mana agama diimplementasikan di dalam kehidupan bernegara. Kedua, negara merupakan kebutuhan primer dan tanpanya, kemaslahatan tidak akan bisa terwujud. Ketiga, bela negara adalah di mana setiap warga negara merasa memiliki dan cinta terhadap negara dan berusaha untuk mempertahankan dan memajukannya. Keempat, bela negara merupakan kewajiban seluruh elemen bangsa sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

Kelima, bela negara dimulai dari membentuk kesadaran diri yang bersifat kerohanian dan dibimbing oleh para ulama. Keenam, bela negara tidak terbatas melindungi negara dari musuh atau sekadar tugas kemiliteran, melainkan usaha ketahanan dan kemajuan dalam semua aspek kehidupan. Seperti, ekononi pendidikan, politik, pertanian, sosial budaya dan teknologi.

Advertisement

Ketujuh, bela negara menolak adanya terorisme, radikalisme dan ekstrimisme yang mengatasnamakan agama. Kedelapan, untuk mewujudkan bela negara dibutuhkan empat pilar yaitu ilmuwan, pemerintah kuat, ekonomi dan media. Kesembilan, menjadikan Indonesia sebagai inisiator bela negara yang merupakan perwujudan dari Islam rahmatan lil alamin.

Usai acara tersebut, petang harinya Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko bersama Menhankam Ryamizard Ryacudu dan juga jajaran Muspida SKPD Kota Pekalongan melepas kirab Pawai Panjang Jimat dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Alun-Alun Kota Pekalongan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif