Soloraya
Senin, 18 Januari 2016 - 21:40 WIB

KISAH TRAGIS : Akibat Lumpuh, ABG 17 Tahun Hanya Bisa Tidur Di Ayunan Bayi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dwi Sugiyanto alias Rebo berada di ayunan bayi, Senin (18/1/2016). Akibat lumpuh, ABG berusia 17 tahun ini hanya berada di ayunan bayi. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kisah tragis ini terjadi di Desa Kedungmulyo, Kecamatan Kemusu, Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI–Namanya Dwi Sugiyanto. Namun warga sekitar lebih akrab memanggilnya Rebo. Dia lahir 17 tahun silam.
Dia tinggal di sebuah rumah kayu di salah satu sudut kampung di RT 007/RW 004, Dukuh Kedungmulyo, Desa Kedungmulyo, Kecamatan Kemusu, Boyolali. Diusianya yang menginjak remaja semestinya Rebo sudah bersekolah, bermain di luar rumah, atau bahkan sibuk belajar untuk meraih cita-cita. Namun nasib kurang beruntung menimpanya.

Advertisement

Selama 17 tahun itu, dia hanya bisa tidur dalam ayunan kayu berukuran 0,5 m x 1 m yang dia tempati sejak dia bayi. Ayunan itu berada di salah satu sentong atau kamar yang sempit dan gelap. Ada balon kartun Masha yang sudah kempes masih menggantung di tali ayunan.

Badan Rebo lumpuh, hanya kulit yang membungkus tulangnya. Berbicara pun dia tidak bisa. Hanya tangan dan kakinya yang bergerak dengan tidak sempurna. Badannya tak bisa bergerak, tengkurap sekalipun. Dari hasil pemeriksaan bidan desa setempat, lingkar lengannya hanya 13 centimeter dan panjang badannya 140 centimeter. Setiap tidur di ayunan, kakinya selalu menekuk bahkan sampai sulit untuk diluruskan. Rebo diduga mengalami kelumpuhan yang juga mengakibatkan gizi buruk.

Menurut ibu Rebo, Tawiyem, 45, kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan Rebo disadarinya saat Rebo masih berusia 6 bulan. Saat itu, Rebo sering mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Kondisi itu terus berlangsung meskipun sudah beberapa kali di bawa ke rumah sakit. Demam tinggi dan kejang masih berlangsung hingga usia sekarang.

Advertisement

“Kalau demam kambuh, bisa sampai sepekan. Kalau demam pasti kejang. Kejang bisa sampai dua pekan sampai dimulutnya saya kasih sendok biar tidak menggigit lidah. Kalau panas, hanya saya kasih obat penurun panas,” kata Tawiyem, saat ditemui Solopos.com, di kediamannya, Senin (18/1/2016).

Tawiyem pasrah dengan keadaan Rebo. Ekonomi keluarga yang cukup sulit menjadikan Rebo kurang terawat dengan baik. Meski memiliki kartu Jamkesmas, namun Tawiyem tidak pernah menggunakannya. “Mau menggunakannya bagaimana, saya sudah pasrah. Biarlah seperti ini, saya siap merawat sampai kapan pun,” kata Tawiyem.

Di rumahnya ada enam orang anggota keluarga, namun hanya Tawiyem yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Suami Tawiyem sudah lama meninggal dunia. Tawiyem menghidupi Rebo dan dua saudaranya dan tiga anggota keluarga lainnya hanya dengan bertani. “Kalau tidak tani ya rencek atau mencari kayu bakar.” Penghasilannya tak seberapa.

Advertisement

Bidan Desa Kedungmulyo, Febrilia Anggarani, mengatakan gizi buruk yang dialami Rebo disebabkan karena badannya yang lumpuh sejak bayi.

Senin kemarin dia mengunjungi Rebo bersama Petugas Gizi Puskesmas II Kemusu, Giyarti Sri Rahayu. “Yang bisa kami lakukan adalah perbaikan gizi untuk Rebo,” kata Febrilia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif