Soloraya
Minggu, 17 Januari 2016 - 14:25 WIB

ASAL USUL : Sumur Gebyog Sukoharjo Dulu Jadi Lokasi Ritual Pengantin

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga, Yatimin Harto Wiyono, 64, menimba air di Sumur Gebyog di Kampung Blanglor, Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Kamis (14/1/2016). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Asal usul Sumur Gebyok menjadi jujukan pengantin di zaman dahulu.

Solopos.com, SUKOHARJO – Di Dukuh Blanglor RT 003/RW 009, Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, terdapat sebuah sumur bernama Sumur Gebyok. Letak sumur itu di barat jalan kampung dan dekat dengan pasar kampung.

Advertisement

Di dekat sumur bercat oranye itu terdapat pohon bulu berukuran sangat besar yang menurut warga berusia ratusan tahun. Keberadaan pohon tua dan langka itu menambah kesan angker. Sekeliling sumur rumput tumbuh subur. Lubang sumur diberi penutup dari bambu.

Warga Gadingan RT 003/RW 010, Kelurahan Jombor, Yatimin Harto Wiyono, 64, saat ditemui di rumahnya, Kamis (14/1/2016), menceritakan dahulu kala sumur itu menjadi tempat jujugan pasangan pengantin untuk melaksanakan ritual keliling.

Menurut cerita-cerita yang berkembang, warga sekitar sumur yang menikah tak boleh absen menggelar ritual tersebut kalau tak ingin rumah tangganya bermasalah. Ritual itu dilakukan dengan cara mengelilingi sumur searah jarum jam sebanyak tiga kali.

Advertisement

Pengantin harus didampingi keluarga dan kerabat. Sontak kegiatan itu kerap menjadi tontonan. Sorakan-sorakan warga selalu meramaikan ritual tersebut.

Hla wong saya sendiri waktu nikah pada 1975 juga melakukan ritual itu. Waktu itu orang tua mengharuskan saya dan istri mengelilingi sumur biar hidup kami tenteram. Ya saya memang percaya. Nyatanya hidup saya sekarang tenteram dan bahagia,” kata lelaki yang akrab disapa Pak Min itu.

Ritual budaya itu kini sangat jarang dilakukan masyarakat sekitar seiring semakin tergerusnya keyakinan mereka. Namun, bukan berarti sudah tidak ada orang yang masih memegang keyakinan itu.

Advertisement

“Masih ada pengantin yang mengelilingi sumur, tapi ya tidak ramai-ramai seperti dulu. Paling cuma berdua. Masih ada juga yang nyadran pada bulan tertentu, seperti Ruwah dan Sura,” imbuh Yatimin.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan sumur itu dibuat. Konon, sumur itu merupakan sendang yang terbentuk secara alami pada zaman kerajaan. Dulu sekeliling sumur itu dibangun rumah yang berpintu gebyok. Sumur itu ditunggu oleh Mbah Drebi dan Mbah Pego.
“Makanya sumurnya dikasih nama Sumur Gebyog,” tutup dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif