News
Jumat, 15 Januari 2016 - 18:30 WIB

BOM SARINAH THAMRIN : Diduga Kendalikan Bom Jakarta, Bahrun Naim "Menikmati Hidup" di Suriah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bahrun Naim dalam persidangan kasunya. (JIBI/Okezone)

Bom Sarinah Thamrin, Jakarta, diduga diotaki Bahrun Naim, yang berada di Suriah setidaknya hingga November 2015 lalu.

Solopos.com, JAKARTA — Nama Bahrun Naim sebenarnya dianggap bukan siapa-siapa beberapa tahun lalu. Tujuh tahun lalu, pemuda ini merupakan orang biasa yang menjalankan bisnis warnet di Solo. Kini setelah meletusnya teror bom di Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016), namanya disebut dengan jelas oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian.

Advertisement

Oleh polisi, dia teridentifikasi sebagai orang yang berada di belakang teror mematikan itu. Polda Metro Jaya menyebutkan ISIS yang berbasis di Raqqa–kota yang diklaim sebagai ibu kota ISIS di Suriah–ada di balik serangan itu. Baca juga: Prestasi Akademik di Bawah Rata-Rata, Ini Catatan Bahrun Naim Selama Kuliah di UNS.

Bagi kepolisian, nama Bahrun Naim sudah lama dikenal. Dia pernah ditangkap pada 2011 atas kepemilikan senjata ilegal dan dipenjara selama tiga tahun. Polisi juga menyatakan sejak saat itu didikenal sebagai pemain kunci dalam jaringan kelompok militan yang tumbuh subur di sekitar Solo dan Jawa Tengah.

Advertisement

Bagi kepolisian, nama Bahrun Naim sudah lama dikenal. Dia pernah ditangkap pada 2011 atas kepemilikan senjata ilegal dan dipenjara selama tiga tahun. Polisi juga menyatakan sejak saat itu didikenal sebagai pemain kunci dalam jaringan kelompok militan yang tumbuh subur di sekitar Solo dan Jawa Tengah.

Setahun yang lalu, dia meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Suriah dan bergabung pasukan ISIS di garis depan. Kemarin, polisi menyatakan keyakinan bahwa Bahrun Naim terlibat mengkoordinasikan teror bom di Sarinah, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat.

ISIS diyakini terlibat dalam serangan ini. Setelah mengorganisasi serangan teror Paris November lalu, Naim mempublikasikan lewat blognya tentang mudahnya memindahkan aksi “jihad” dari strategi gerilya di hutan-hutan ke sebuah kota.

Advertisement

Tak lama setelah kontak via Telegram itu, seorang pejabat intelijen menyatakan serangan teror di Indonesia bakal terjadi sebentar lagi. “Obrolan di antara para Islamist mulai terorganisir bulan lalu dan ada diskusi kali pertama soal serangan bertahap,” kata seorang pakar di Jakarta yang memonitor perkembangan diskusi di grup-grup radikal seperti dilaporkan Reuters, Jumat.

Melalui aksi mata-mata, polisi menangkap lebih dari 12 orang di Jawa akhir tahun lalu karena diduga berencana beraksi saat Natal 2015 dan tahun baru 2016. Dalam rangkaian penangkapan dan penggerebekan itu, polisi menyatakan sebagian dari mereka menerima dana dan dukungan dari Naim.

Pakar terorisme Indonesia, Sidney Jones, menyatakan pada November lalu, kesempatan untuk melakukan serangan seperti teror Paris di Indonesia sangat kecil. Namun dia mengingatkan ancaman itu terus tumbuh di luar pantauan pemerintah Indonesia.

Advertisement

Sidney mengingatkan, dalam tulisan di blog yang berjudul Pelajaran dari Serangan Paris, Naim meminta pengikutnya di Indonesia untuk mempelajari rencana, target, timing, koordinasi, keamanan, dan keberanian para pelaku teror Paris. Menurut Sidney, sedikitnya jumlah korban dalam bom Jakarta menunjukkan pelakunya adalah orang lokal atau militan yang hanya bersenjata seadanya atau bahkan tak terlatih.

Dalam kontak via Telegram dengan Reuters, Naim juga mengatakan bahwa dia menikmati kehidupannya di Suriah dan tak punya rencana untuk kembali ke Indonesia. “Saya kembali, tergantung ke mana Amir kami meminta kami untuk pergi. Hidup di Suriah sangat baik, ada listrik, akomodasi, air, semua gratis. Pelayanan yang diberikan juga baik, lebih murah dari di Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Tito Karnavian dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Kamis (14/1/2016) sore, menyatakan keterlibatan jaringan ISIS yang berpusat di Raqqa. Baca: Biarkan Anggotanya Tertangkap, Inilah Strategi Intelijen ISIS Sebelum Teror Sarinah.

Advertisement

“Jaringan pelaku yang sebenarnya berhubungan dengan ISIS di Raqqa. Jadi ISIS ini telah mengubah strategi. Dulu hanya di Suriah dan Irak, tapi ada perintah dari Amir, Abu Bakar Al-Baghdadi, untuk melakukan operasi di luar Suriah, jadi mereka punya cabang-cabang di Prancis, Eropa, termasuk Turki. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina,” kata Tito.

Tito Karnavian bahkan menyebut Badrun Naim yang disinyalir merupakan hendak bersaing dalam perebutan kursi pimpinan ISIS Asia Tenggara dan hal ini diduga menjadi motif aksi teror bom Jakarta. Baca juga: JK Akui Sudah Dapat Informasi Intelijen Sebelum Bom Jakarta.

“Di Asia Tenggara ada rivalitas untuk menjadi leader. Ada yang bernama Badrun Naim, dia mendirikan Khatibah Nusantara, dia ingin jadi leader di Asia Tenggara. Di Filipina Selatan sebenarnya sudah berdiri ISIS ini. Jadi ada rivalitas, antarkelompok ini bersaing jadi leader,” jelas Kapolda.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif