Jogja
Selasa, 12 Januari 2016 - 10:55 WIB

NASIB TENAGA HONORER : Honorer Harus Keluar Ratusan Ribu Untuk Seragam

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga honorer (DOk/JIBI/Solopos)

Nasib tenaga honorer di Gunungkidul, sebagian dari mereka harus membeli seragam sendiri dengan harga ratusan ribu rupiah

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Sejumlah pegawai honorer di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul harus mengeluarkan dana hingga ratusan ribu rupiah untuk membeli seragam yang mereka gunakan saat bekerja.

Advertisement

Salah satu honorer daerah Pemkab Gunungkidul yang bekerja sebagai Guru Olahraga di Sekolah Dasar Negeri 4 Wonosari, Bayu Prihartanto mengungkapkan bahwa sejak menjadi honorer pada 2006, ia baru satu kali mendapatkan seragam resmi untuk digunakan saat mengajar di sekolah, yaitu batik khas Gunungkidul motif walang.

Itupun hanya berupa bahan, dan Bayu harus menjahit seragam itu sendiri dengan biaya Rp50.000. Selebihnya ia harus membeli sendiri, baik bahan dan biaya menjahit pakaian kerja.

“Untuk seragam coklat, hanya ditentukan warna saja, satu seragam itu menghabiskan biaya sebanyak Rp100.000. Sementara seragam kemeja biru muda dan celana hitam satu stel menjahit habis Rp100.000, sekitar Rp250.000 untuk seragam, padahal saya sempat dua kali ganti seragam, karena sudah tidak muat dipakai,” ujarnya, Senin (11/1/2016).

Advertisement

Sesungguhnya Bayu menilai kewajiban untuk memiliki seragam yang sama dengan Pegawai Negeri Sipil cukup memberatkan dirinya. Namun ia tidak dapat berbuat banyak.

“Semoga ke depannya ada alokasi dana dari Pemkab untuk seragam kami,” tambahnya.

Sementara salah satu Pegawai Tidak Tetap yang bekerja sebagai Tenaga Perpustakaan di sekolah yang sama, Valentina Destawati menerangkan bahwa dirinya juga harus mengeluarkan dana Rp250.000 untuk membeli dan menjahit pakaian seragam yang ia gunakan untuk bekerja. Pakaian seragam yang harus ia miliki dengan biaya pribadi antara lain batik walang, seragam biru dan coklat khaki khas PNS.

Advertisement

Meski demikian, ternyata hal berbeda terjadi pada salah seorang Guru Tidak Tetap di sebuah SD di Kecamatan Panggang, Indiah menuturkan dirinya mendapatkan seragam dari sekolah tempat bekerja, baik seragam khaki khas PNS hingga batik bermotif.

“Tapi kami hanya diberi satu kali, kalau ada yang rusak, ya beli sendiri dengan biaya sendrii,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif