Soloraya
Selasa, 12 Januari 2016 - 08:40 WIB

KEBUTUHAN POKOK SRAGEN : Pemkab Sragen Temukan Indikasi Broker Permainkan Harga

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi harga daging ayam (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Kebutuhan pokok Sragen, Pemkab menelusuri kenaikan harga daging ayam potong di sejumlah wilayah di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN–Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen dan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen menelusuri penyebab melejitnya harga daging ayam potong yang mencapai Rp40.000/kg pada Sabtu (9/1/2016) lalu. Dua dinas menemukan indikasi adanya permainan harga di tingkat pedagang/broker.

Advertisement

Kabid Pengembangan Disdag, Sumarno, dan Kasi Pengawasan Distribusi Barang Disdag, Ummie Sumarsih, mendatangi Disnakan Sragen, Senin (11/1/2016), untuk berkoordinasi terkait naiknya harga daging ayam dari Rp30.000/kg menjadi Rp40.000/kg.

Sumarno juga meminta Lurah Pasar Bunder Sragen, Mulyanto, untuk memantau perkembangan harga di Pasar Bunder.

Advertisement

Sumarno juga meminta Lurah Pasar Bunder Sragen, Mulyanto, untuk memantau perkembangan harga di Pasar Bunder.

Dua pejabat Disdag itu bertemu dengan Kabid Usaha Perternakan dan Perikanan Disnakan Sragen, Supardi. Sumarno dan Ummie ingin memastikan adanya penyakit yang menyerang ayam potong mengingat adanya laporan serangan penyakit malaria yang disebabkan gigitan nyamuk. Dari hasil koordinasi itu, Disnakan juga tak mendapat laporan tentang serangan penyakit pada ayam potong.

Mereka pun kemudian mengecek stok ayam di sejumlah perusahaan peternakan. Supardi mencatat ada 10 perusahaan peternakan di Sragen, salah satunya PT Super Unggas Jaya (Suja). Mereka mendatangi kantor cabang perusahaan tersebut yang terletak berdekatan dengan Disnakan. Kedatangan mereka diterima Kepala Unit PT Suja Cabang Sragen, Hartono, di kantornya.

Advertisement

Berdasarkan sampel tersebut, Suparno mengatakan perusahaan tidak bisa menaikan harga karena ada aturan dari pemerintah pusat tentang harga. Suparno juga tidak menemukan adanya kelangkaan barang karena dampak penyakit.

“Atas dasar itu berarti ada indikasi permainan harga di tingkat pedagang,” kata dia saat ditemui wartawan, Senin siang.

Ummie sempat mengecek harga daging ayam potong di Pasar Bunder pada Sabtu lalu dengan harga Rp40.000/kg. Dia menemukan salah satu pedagang yang menjual dengan harga berbeda pada satu hari yang sama.

Advertisement

“Hla itu ada pedagang yang paginya jual Rp40.000/kg kemudian pada siang harinya bisa turun jadi Rp37.000/kg. Ada pula yang menjual Rp35.000/kg. Hari ini [kemarin], saya pantau harganya sudah ideal Rp30.000-Rp33.000/kg,” tambahnya.

Supardi menjelaskan rantai perdagangan daging ayam potong dari perusahaan ke pedagang itu bisa melewati 1-2 broker atau pengepul. Dia menduga permainan harga itu bisa di broker atau pengepul itu atau di pedagang sendiri.

Terpisah, Kepala Cabang PT Sumber Ternak Pratama (STP) Sragen, Samsul Hadi, mengatakan harga daging ayam tinggi itu karena hukum pasar. Ketika barang langka, kata dia, pasti harga naik. Samsul baru tahu ketika ada semacam HET untuk ayam.
“Kami tidak bisa menyetok ayam karena bobot ayam bisa naik satu ons per hari sedangkan permintaan bobot ayam potong di pasar terbatas. Ketika permintaan 2 kg, kami tidak mungkin melepas 2,3 kg atau 2,4 kg karena tidak laku. Hari ini [kemarin] saya melepas ayam ke broker Rp21.500 kg untuk ayam potong hidup,” ujarnya.

Advertisement

Seorang peternak asal Sambungmacan, Aris Supriyanto, harga ayam hidup ke broker pada Sabtu-Minggu (9-10/1/2016) lalu paling tinggi Rp22.000/kg. Kalau harga kemarin Rp21.500/kg, sambung dia, berarti turun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif