News
Minggu, 10 Januari 2016 - 19:31 WIB

RAKERNAS PDIP 2016 : Aksi "Balas Pantun" Jokowi-Mega, Pengamat: Ketidakcocokan Baru Dimulai!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jokowi dan Mega Berdampingan saat pembukaan Munas II Partai Hanura di Solo, Jumat (13/2/2015) malam. (JIBI/Solopos/Antara/Hafidz Mubarak A.)

Rakernas PDOP 2016 diwarnai aksi balas pantun dalam pidato Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri.

Solopos.com, JAKARTA — Rakernas PDIP 2016 menjadi forum baru yang menyajikan pidato yang terkesan berbalas pantun antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hubungan keduanya memang tak sekaku dulu saat Kongres PDIP 2015 di Bali, namun pesan politis keduanya sangat kental.

Advertisement

Adalah Presiden Jokowi yang secara mengejutkan pembelaan dirinya atas anggapan dirinya tidak tegas dan tak berani mengambil keputusan. Ditunjukkannya sejumlah catatan langkah pemerintah dalam mengeksekusi sejumlah kebijakan penting.

“Bahwa Presiden Jokowi itu tidak tegas, tidak berani, tidak pemberani. Mana ada tidak tegas, tidak berani, kalau menenggelamkan kapal hingga 107 kapal. Bandar narkoba, satu tahun 14 orang yang dihukum mati. Ada yang bilang tidak tegas tidak berani, tapi tahun lalu, sudah dibekukan yang namanya Petral. Kalau tidak berani, mana mungkin menterinya berani,” papar Jokowi, dalam pidato di pembukaan Rakernas PDIP 2016 di Hall D Jakarta International Expo, Minggu (10/1/2016).

Pernyataan ini secara tidak langsung menjawab apa yang dikatakan Megawati bahwa kader-kader PDIP harus tegas dalam membuat kebijakan. Meskipun tak secara lugas ditujukan kepada Jokowi, jelas bahwa pucuk pimpinan tertinggi pemerintahan yang hadir di situ adalah Presiden.

Advertisement

Pengamat politik Hanta Yudha menilai ini aksi keduanya ini menunjukkan pasang surut hubungan PDIP-Jokowi belum berakhir. Memang dalam forum ini Jokowi mendapatkan kesempatan berpidato sebagai Presiden, tak seperti dalam pembukaan Kongres PDIP di Bali tahun lalu. Presiden pun datang mengenakan batik dan tak mengenakan seragam merah khas kader PDIP.

Namun, melihat tekanan yang terjadi di awal tahun ini, khususnya reshuffle kabinet Jokowi-JK, sulit untuk tidak mengaitkan pidato Megawati dengan kepentingan PDIP. Sebagai partai pengusung Jokowi-JK, PDIP memang gencar mendesak reshuffle jilid II.

“Ketidakcocokan itu baru saja dimulai. Harapan saya akan lebih rapi, sinergis, tapi kita akan menemukan ketidakcocokan baru di sini. Jangan-jangan kegaduhan politiknya lebih besar di tahun ini,” kata Hanta Yudha dalam dialog di Metro TV, Minggu petang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif