Soloraya
Sabtu, 9 Januari 2016 - 15:00 WIB

KEBUTUHAN POKOK SRAGEN : Harga Ayam Capai Rp35.000/Kg, 20 Pedagang Pasar Bunder Mogok

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pedagang daging ayam potong menggelar aksi protes kepada pemerintah agar menurunkan harga daging ayam potong di Pasar Bunder Sragen, Sabtu (9/1/2016). Mereka protes dengan membawa poster. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kebutuhan pokok Sragen, puluhan pedagang ayam potong di Pasar Bunder memilih mogok setelah harga ayam potong sangat tinggi.

Solopos.com, SRAGEN–Sebanyak 20 orang pedagang ayam potong di Pasar Bunder Sragen mogok berjualan, Sabtu (9/1/2015).

Advertisement

Mereka tidak sekadar mogok berdagang tetapi juga beraksi protes dengan membawa poster bertulisan keluhan tentang harga ayam potong yang melejit selama dua pekan terakhir.

Mereka menuntut kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen turun tangan untuk menekan harga ayam potong di Bumi Sukowati. Mereka menduga melejitnya harga daging ayam sebagai akibat permainan perusahaan besar. Harga ayam potong sekarang mencapai Rp23.000/kg dan harga daging ayam potong menjadi Rp35.000/kg. Kenaikan harga itu terjadi sejak Natal.

Seorang pedagang daging ayam potong Pasar Bunder Sragen, Narti, 35, mengatakan kenaikan harga daging ayam potong terjadi Rp500-Rp1.000/kg hampir setiap hari. Dia menjelaskan sebelumnya harga daging ayam potong itu Rp25.000/kg. Saat Natal dan Tahun Baru, kata dia, harga bisa naik Rp30.000/kg.

Advertisement

“Biasanya setelah Tahun Baru harga daging ayam potong cenderung turun tetapi belakangan justru naik terus setiap hari. Kalau saya menjual dengan harga Rp35.000/kg banyak pelanggan yang komplain. Akhirnya, kami pilih rugi sedikit dengan menjual Rp32.000/kg. Kami rela tombok dulu demi mempertahankan pedagang. Lama-lama tidak kuat karena harganya tambah terus,” keluh Narti, pedagang asal Mageru, Karangmalang, saat ditemui Solopos.com, Sabtu pagi.

Omset penjualan Narti pun turun sampai 66%. Biasanya Narti bisa mendapat Rp300.000/hari ternyata hanya bisa mendapat Rp100.000-120.000/hari. “Biasanya per hari saya bisa menyelembelih 100 ekor ayam. Tetapi sekarang mogok dulu karena harga tidak bersahabat. Besok kami tunggu perkembangan,” tuturnya.

Pedagang daging ayam potong lainnya, Ny. Gatot, 40, mengatakan harga normalnya untuk ayam potong hidup Rp19.500/kg atau Rp25.000/kg untuk daging ayam potong. Selama beberapa hari terakhir, Ny. Gatot tak bisa untung karena terpaksa menjual daging ayam potong dengan di bawah harga pasaran.

Advertisement

“Saya terpaksa melepas dengan harga Rp33.000-Rp34.000/kg. Padahal harga seharusnya Rp35.000/kg. Tidak dapat untung tidak apa-apa asal pelanggan bertahan. Tetapi sekarang saya ikut mogok karena tak ingin rugi terus,” kata perempuan yang 13 tahun menjadi pedagang daging ayam potong itu.

Aksi mogok itu juga diikuti tiga orang pengepul ayam potong, salah satunya Agus Suparjo, 48, warga Widoro. Agus sering memasok ayam potong kepada sejumlah pedagang di Pasar Bunder. Dia kulakan langsung ke pengusaha besar karena tidak ada peternak mandiri. Dia mengaku harga jual dari pengusaha besar itu sudah tinggi sehingga sampai ke pedagang tinggi pula harganya.

“Selama dua pekan terakhir, saya terpaksa harus tombok Rp15 juta untuk ongkos transportasi dan biaya tenaga kerja. Saya rela melepas barang di bawah harga pasaran dengan selisih Rp500-Rp1.000/kg. Kalau tidak begitu pelanggan saya juga lari semua,” katanya.

Dia menyatakan tingginya harga ayam potong ini jelas ada permainan perusahaan besar. Agus menyampaikan kondisi harga yang melejit hanya peternak perusahaan yang diuntungkan.
“Sekarang tidak ada peternak mandiri. Ketika menjelang panen, harga ayam anjlok sehingga peternak mandiri kapok. Di saat seperti ini ada peternak mandiri akan jadi penyeimbang harga. Kami meminta ada campur tangan pemerintah untuk membantu pedagang,” tambah dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif