Jogja
Rabu, 6 Januari 2016 - 03:40 WIB

Pakualaman Diharapkan Jaga Kebudayaan Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - logo pakualaman

Namun hal ini seharusnya tidak menutup peran Pura Pakualaman dalam menjaga eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Advertisement

logo pakualaman

Harianjogja.com, JOGJA – Keberadaan Pura Pakualaman sejauh ini memang selalu di bawah Kasultanan Yogyakarta. Namun hal ini seharusnya tidak menutup peran Pura Pakualaman dalam menjaga eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pengamat Sosio Politik dari UNY, Sugeng Bayu Wahyono mengatakan posisi Pura Pakualaman memang sangat unik dan berjalan sangat harmonis bersama Kasultanan Yogyakarta untuk menjaga harmoni di Jogja. Dua symbol ini memang menyatu untuk menjaga kebudayaan Jawa.

Advertisement

“Sejauh ini memang Pura Pakualaman dan Kasultanan Yogyakarta bisa menjaga kebudayaan Jawa. Namun keberadaan Pura Pakualaman seharusnya lebih banyak menjaga sisi budaya,” jelas Bayu saat dihubungi Harian Jogja, Selasa (5/1/2016).

Bayu menambahkan bahwa menjaga kebudayaan bukan berarti kebudayaa yang statis namun budaya yang terus dinamis. Budaya yang terus bergerak untuk membangun agar memiliki nilai tawar dalam gempuran budaya asing.

“Menjaga agar bisa bernegosiasi dan punya daya tawar dengan budaya dari luar, seperti dari Timur Tengah dan Kapitalisme Barat. Posisi Pura Pakualaman yang bertekat untuk fokus dengan kebudayaan itu sangat penting,” kata Bayu.

Advertisement

Bayu mengaku Pura Pakualaman memang selalu identik tenggelam dengan keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Padahal sebenarnya kedudukan Pura Pakualaman dengan Kasultanan Yogyakarta adalah sejajar.

“Secara hirarkis memang di bawah kasultanan, namun secara tugas harusnya bisa dibagi. Kasultanan bisa fokus dengan konstitusional, yakni berhubungan dengan politik dan pemerintahan. Di sisi lain Pura Pakualaman fokus pada pembangunan kebudayaan,” jelas Bayu.

Di bidang pendidikan, Rektor Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), Profesor Buchori berpendapat harus ada terobosan memunculkan pendidikan kebudayaan. Sebab sebelum pendidikan Islam dan Barat masuk, Jogja telah memiliki pendidikan di bawah Kasultanan Yogyakarta dan Pura Pakualaman.

“Makanya sangat diharapkan Pura Pakualaman bisa membangkitkan nilai pendidikan kebudayaan. Agar ke depannya DIY juga memiliki karakter yang kuat akan pendidikan bukan mengambil dari pendidikan dari luar,” jelas Buchori.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif