News
Minggu, 3 Januari 2016 - 09:45 WIB

PENYAKIT LANGKA : Mirip Bilqis, Bayi Asal Kalijambe Sragen Ini Mengidap Atresia Bilier

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ufairah Mumtazah, bayi berusia empat bulan, dalam dekapan ibundanya, Dyah Fajar Indriyani, 27, di rumah mereka di Dusun Dugan, RT 011/RW 002, Desa Trobayan, Kalijambe, Sragen. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Penyakit langka yakni Atresia Bilier menimpa seorang bayi asal Kalijambe Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Anda masih ingat dengan bayi bernama Bilqis Anindya Passa yang sempat menghebohkan Tanah Air sekitar lima tahun lalu? Bayi malang itu mengidap penyakit langka bernama Atresia Bilier atau kegagalan fungsi saluran empedu.

Advertisement

Satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya adalah dengan operasi cangkok hati dengan taksiran biaya lebih dari Rp1 miliar. Untuk mengumpulkan dana sebanyak itu, kedua orang tuanya membuat gerakan di media sosial berupa Koin Cinta Bilqis.

Meski koin yang terkumpul bisa mencapai Rp1 miliar, Bilqis lebih dulu berpulang ke pangkuan Ilahi sebelum menjalani operasi cangkok hati.

Advertisement

Meski koin yang terkumpul bisa mencapai Rp1 miliar, Bilqis lebih dulu berpulang ke pangkuan Ilahi sebelum menjalani operasi cangkok hati.

Di Kecamatan Kalijambe, Sragen, juga lahir seorang bayi yang mengidap penyakit serupa dengan mendiang Bilqis. Bayi itu bernama Ufairah Mumtazah. Bayi berusia empat bulan yang lahir pada 3 September 2015 itu merupakan anak pertama dari pasangan Ihsan Arifudin, 30, dan Dyah Fajar Indriyani, 27, warga Dusun Dugan, RT 011/RW 002, Desa Trobayan, Kalijambe, Sragen.

“Ufairah lahir normal dengan berat 2,9 kg. Saat usianya menginjak tiga hari, kami baru menyadari ada sesuatu yang ganjal. Fesesnya berwarna putih. Air kencingnya berwarna kuning keruh. Pada bagian putih matanya berwarna kuning,” kata Arif saat ditemui di rumahnya, Sabtu (2/1/2016).

Advertisement

Saat itu, dokter yang menanganinya mendiagnosa Ufairah mengalami penyumbatan pada saluran empedu. Tim dokter menyarankan supaya Ufairah menjalani operasi kasai di RSUD dr. Moewardi untuk membuatkan saluran empedu yang menghubungkan hati dengan usus.

“Pada 11 November, operasi bedah digelar tim dokter di RSUD dr. Moewardi. Namun, tim dokter tidak bisa melanjutkan operasi karena antara hati dan usus tidak ditemukan saluran. Dokter mengatakan operasi itu tidak bisa dipaksakan karena bisa berdampak lebih buruk,” jelas ibunda Ufairah, Dyah.

Tim dokter mendiagnosa Ufairah mengidap penyakit Atresia Bilier. Tim dokter sudah memberi surat rujukan kepada RSUP dr. Sardjito Jogja untuk penanganan operasi transplantasi hati.

Advertisement

”Penyakit ini sama dengan yang diidap Bilqis. Penyakit ini hanya dialami 1:10.000 hingga 15.000 bayi yang dilahirkan di muka bumi. Sepanjang 2015 lalu, ada 50 bayi penderita Atresia Bilier yang meninggal dunia. Hal itu saya ketahui setelah saya bergabung dengan sesama orang tua yang memiliki buah hati penderita Atresia Bilier di Facebook,” kata Arif.

Satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Ufairah adalah dengan operasi cangkok hati. Kedua orang tua Ufairah sudah bersedia menyumbangkan hatinya demi menyelamatkan buah hatinya. Namun, operasi itu baru bisa dilakukan setelah Ufairah memiliki berat badan minimal 9 kg atau ketika usianya sudah menginjak satu tahun.

Untuk menaikkan berat badan Ufairah terbilang sulit. Pasalnya, bayi mungil itu tidak bisa mencerna ASI dengan maksimal. Dokter menyarankan perlunya susu formula yang khusus dibuat untuk mendongkrak berat badan bayi yang disalurkan melalui selang.

Advertisement

”Pada 16-18 Desember [2015] lalu, Ufairah dirujuk ke RSUP dr. Sardjito. Karena kondisi tubuhnya stabil, Ufairah masih bisa dirawat di rumah. Namun, setiap dua pekan sekali kondisi kesehatannya harus dikontrol di rumah sakit,” ujar Arif.

Kendala lain yang dihadapi adalah biaya operasi cangkok hati yang ditaksir mencapai lebih dari Rp1 miliar. Sebagai seorang karyawan swasta, Arif kebingungan untuk mendapatkan dana sebesar itu. ”Saya sudah mencari informasi, katanya BPJS hanya bisa mengover biaya pengobatan dengan nilai yang tidak lebih dari Rp250 juta,” ujarnya.

Kedua orang tua Ufairah membutuhkan uluran tangan dari para dermawan untuk biaya pengobatan buah hatinya. Saat ini, Arif mengaku masih kebingungan mencari biaya operasi cangkok hati.

Namun, Arif dan Dyah sama-sama berkomitmen untuk tidak menyerah. Segala cara akan mereka tempuh untuk melihat anaknya tumbuh dengan sehat. ”Selagi masih ada kesempatan, kami akan terus berikhtiar. Setelah usaha kami maksimal, hasil akhirnya kami pasrah kepada Allah,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif