Jogja
Rabu, 30 Desember 2015 - 05:40 WIB

Talut Pemukiman Gepeng Mulai Digerus Air Hujan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kondisi ini bisa mengancam keberadaan bangunan, sebab jarak antara rumah dengan talut tidak lebih dari lima meter

 

Advertisement

Ilustrasi tanah longsor (JIBI/Solopos/Antara)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kekhawatiran Pemerintah Gunungkidul akan ancaman longsor di kawasan pemukiman gelandangan dan pengemis di Dusun Doga, Desa Nglanggeran, Patuk bukan isapan jempol belaka. Pasalnya, memasuki musim hujan ini bagian talut perumahan sudah banyak yang tergerus dan membentuk aliran air.

Jika terus dibiarkan, kondisi ini bisa mengancam keberadaan bangunan, sebab jarak antara rumah dengan talut tidak lebih dari lima meter. Beruntungnya perumahan ini belum dipakai, meski saat kunjungan menteri beberapa waktu lalu, ditargetkan bisa digunakan sebelum pertengahan Desember.

Advertisement

Pantauan yang dilakukan Harian Jogja Pantauan yang dilakukan Harian Jogja, Selasa (29/12/2015), bangunan yang terdiri dari 45 rumah itu berada di pinggir tebing yang terdiri dari tiga tingkat. Sepintas di tingkat paling atas tidak basalah karena tanlut yang dibuat sudah permanen. Hanya saja, dua talut di bawahnya sangat riskan terjadi longsor, apalagi memasuki musim seperti sekarang.

Di dua bagian ini, sudah banyak gerusan-gerusan yang terjadi karena aliran air hujan. Kondisi terparah terjadi di bagian bawah, karena gerusannya lumayan banyak dengan lebar hampir mencapai satu meter.

Salah seorang warga Dusun Doga, Desa Nglanggeran, Patuk, Sumilah mengatakan, gerusan talut sudah terjadi sejak awal musim hujan ini. Ketiadaan saluran irigasi membuat air merembes melalui dinding talut sehingga membentuk alur seperti di sungai.

Advertisement

“Kalau terus dibiarkan bisa terjadi longsor dan mengancam bangunan yang ada,” kata Sumilah yang kebetulan sedang mencari rumputi di sekitar lokasi.

Dia melihat, potensi terjadi longsor sangat tinggi, karena hujan yang turun belum memasuki puncaknya. Untuk itu, ia berharap segera diambil tindakan sehingga tidak jadi semakin parah. “Untungnya belum ditinggali. Kalau sudah ada, apa tidak was-was penghuninya,” katanya dengan aksen Bahasa Jawa yang kental itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif